Suara.com - Ajang konferensi dan ekspo gaya hidup halal, "Indonesia International Halal Lifestyle 2017" kembali digelar di Jakarta. Kali ini keterlibatan beberapa peserta pameran yang datang dari luar negeri, menjadi tanda bahwa pandang hidup muslim mulai diterima secara global.
"Ajang ini sekaligus membuktikan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim tak sekadar bisa menjadi konsumen industri halal, tapi juga produsen produk halal untuk pasar global," terang Ketua Halal Lifestyle Center, Sapta Nirwandar di Jakarta, Kamis (19/10/17).
Salah satu kekuatan Indonesia dalam industri gaya hidup halal adalah pariwisata. Pemerintah Indonesia bahkan menargetkan pada 2020, kedatangan 5 juta wisatawan muslim dunia dari total 168 juta wisatawan muslim dari seluruh dunia. "Target itu bisa menjadi tantangan bagi kita semua," kata Sapta lagi.
Hal tersebut, menurutnya, merupakan tantangan karena negara mayoritas nonmuslim pun sudah berlomba-lomba menyediakan paket wisata halal untuk menarik perhatian konsumen muslim dunia, salah satunya Indonesia.
Korea Selatan misalnya yang mulai terpapar dan concern dengan makanan 'halal' untuk wisatawan muslim. Director of International Business Affairs of KIHI-Korea, Kim Jin Woo mengatakan, tiga tahun lalu, masyarakat Korea Selatan tidak tahu menahu tentang produk halal.
Hingga akhirnya banyak muncul wisatawan muslim ke Korea. Inilah yang kemudian membuat Korea berbenah diri dan menjadi salah satu negara yang ramah bagi wisatawan muslim.
"Saat ini masyarakat Korea berubah secara rapid. Awalnya tidak ada yang tahu apa itu halal. Sampai sekarang, 90 persen orang Korea tau apa itu halal dan kami juga bekerja sama dengan negara lain seperti Indonesia dan Malaysia untuk masalah ekspor produk halal," kata Jin Woo saat menghadiri pembukaan pameran Halal Lifestyle.