Untuk mewadahi para pengrajin tempe, Ivan pun membentuk paguyuban. Tujuannya, paguyuban ini bisa menjadi wadah komunikasi para pengrajin sekaligus memudahkan akses para pengrajin memperoleh bantuan seperti alat-alat produksi tempe.
"Awal 2017 ini kami baru saja menerima bantuan dari Dinas Perindustrian Kota Malang berupa dana revitalisasi senilai Rp1,9 M. Kami diberi mesin pemecah kedelai, mesin pemotong, dan lainnya," papar dia.
Dalam kesempatan tersebut, Ivan menjelaskan bagaimana proses pembuatan tempe. Pertama, kata dia, kedelai direbus setengah matang hingga mengembang. Setelah terasa agak lunak, kedelai-kedelai ini dipecah lalu dipisahkan kulit arinya.
"Lalu kita rendam selama 18 jam. Kenapa lama, karena kita butuh pH naik supaya proses tempe lebih sempurna. Tekstur air nanti agak kental karena pH naik. Setelah kental baru kita ganti airnya. Lalu kita lakukan perebusan kedua sampai air mendidih," kata dia.
Baca Juga: Diet, Coba Makan Tempe Kukus
Kemudian, barulah kedelai ditiriskan dan dilanjutkan dengan proses peragian. Ivan mengatakan bahwa ada dua jenis ragi yang bisa digunakan untuk membuat tempe. Pertama ragi tradisional yang juga berasal kedelai dan kedua ragi tepung yang cocok bagi mereka yang membuat tempe dalam jumlah kecil.
"Setelah itu kedelai dicetak dan didiamkan hingga dua hari hingga jadi tempe," tandasnya.
Kini Desa Sanan juga dijadikan destinasi wisata bagi wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke kota Malang. Wisatawan bisa menengok langsung proses pembuatan tempe dan jenis olahan tempe lainnya sekaligus.
Baca Juga: Chef Bule Ini Masak Tempe, Hasilnya Nggak Biasa dan Bikin Ngiler