Suara.com - Perempuan kerap mendapatkan stereotipe sebagai makhluk lemah dan tak berdaya. Ini juga terlihat di dunia kerja dimana berbagai posisi strategis di perusahaan biasanya juga didominasi oleh laki-laki.
Nah, berkembangnya stereotipe ini dinilai berbahaya oleh Bunga Mega. Menurut dia, perempuan juga memiliki berbagai potensi yang bisa menjadi 'bahan bakar' meraih kesuksesan. Untuk melawan stereotipe ini, Bunga lalu mendirikan Komunitas Cewequat.
Sesuai namanya, komunitas ini berdiri untuk menggandeng para perempuan muda mengasah berbagai potensinya.
"Nama Cewequat itu sendiri diambil dari kata cewe kuat. Kita ingin perempuan menjadi pribadi yang kuat dalam hal apapun, tidak terombang ambing pada pendapat maupun mitos yang salah," ujar Mega pada temu media yang dihelat Plan International beberapa waktu lalu.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa komunitas ini berawal dari situs pribadi yang dikelolanya sejak 2010. Kecintaannya terhadap menulis dan keinginan kuatnya untuk mencerahkan kaum hawa mengantarkan dirinya untuk mewujudkan komunitas pemberdayaan perempuan yang diimpikannya pada 2012.
"Melalui komunitas ini para perempuan bisa saling belajar dan berbagai dalam pengembangan diri, hubungan sosial dan percintaan serta tujuan hidup. Sehingga perempuan mampu memutuskan sendiri masa depannya seperti apa tanpa terkotak-kotak pada stereotipe yang salah," jelas Mega panjang lebar.
Selain memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi bersama para anggotanya, Bunga berujar bahwa Cewequat memiliki kegiatan rutin sebulan sekali yang diberi nama "Datang Bulan".
Penamaan "Datang Bulan" ini seakan mematahkan stereotipe bahwa 'datang bulan' identik dengan sesuatu yang menyakitkan bagi perempuan. Bunga mengatakan bahwa kegiatan bulanan Cewequat ini justru diisi dengan berbagi pengalaman dari para narasumber yang diundang.
”Dengan sharing ada ikatan persaudaraan yang muncul dan kita saling menginspirasi dan menambah nilai positif dalam hidup,” ujarnya.
Setiap bulannya tema yang diusung 'Datang Bulan' bervariasi mulai dari urusan karir, percintaan, keuangan, kesehatan hingga gaya hidup. Pada kesempatan itu, Bunga bercerita tentang cara pandangnya mengenai pernikahan dini.
Isu ini cukup menarik karena belakangan banyak perempuan yang menjalani pernikahan dini baik karena faktor budaya, hingga stereotipe yang kadung berkembang mengenai batas usia perkawinan ideal. Padahal, kata perempuan kelahiran 19 Agustus 1983 ini, menikah adalah sebuah keputusan yang harus benar-benar dipersiapkan secara matang, bukan ajang perlombaan.
"Pernikahan adalah suatu fase yang harus dipikirkan dengan penuh perencanaan dan memerlukan kedewasan dari kedua belah pihak, bukan sebagai jalan pintas mengakhiri beban finansial karena perempuan bukanlah komoditi," ujar dia.
Oleh karena itu Mega menekankan bahwa setiap remaja perempuan memiliki potensi yang sangat besar dalam dirinya. Mereka, kata Bunga, seharusnya mendapatkan dukungan untuk mengoptimalkan potensi yang ada di dalam dirinya agar menjadi generasi yang mampu berkontribusi di masa depan.
"Perempuan itu kan gerbang pertama pendidik generasi bangsa. Kalau kita sebagai perempuan memiliki kesempatan mengenyam pendidikan yang tinggi, maka Indonesia akan memiliki generasi yang lebih cerdas dan maju," terang dia.
Menurut Mega, saat ini jumlah anggota tidak tetap yang telah mengikuti berbagai kegiatan Cewequat sekitar 300 orang. Mereka umumnya berasal dari kelompok mahasiswi maupun perempuan karir.
Meski demikian ia tak mematok persyaratan tertentu bagi perempuan lain yang ingin bergabung dengan komunitasnya. Justru Mega ingin mengajak lebih banyak perempuan Indonesia untuk menggali potensinya, mengenali mimpinya sehingga bisa berkembang bersama menjadi pribadi yang berkualitas, serta bermakna bagi diri sendiri dan orang lain.