Suara.com - Semenjak berdiri pada 2004 lalu, Tangerang Selatan tumbuh menjadi salah satu daerah penyangga utama bagi masyarakat DKI Jakarta.
Meski masih terbilang remaja, Kota Tangerang Selatan terus berkembang dan banyak melakukan inovasi dalam rangka memperkenalkan sejarah, keunikan, dan wisatanya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan membuat dan memperkenalkan Batik Etnik Khas Tangerang Selatan, atau Batik Tangsel.
Sosok di balik 'gimmick' Batik Tangsel, Nelty Fariza, mengaku, hal ini merupakan salah satu upaya mengangkat kearifan lokal warga Tangerang Selatan.
"Kami ada mulai dari berdirinya Kota Tangerang Selatan dari nol tahun. Kami sebelumnya mengangkat Batik Tangerang namanya Batik Benteng yang terus membumi. Setelah pemekaran, akhirnya kami mengangkat Kota Tangerang Selatan agar kearifan lokalnya lebih semarak," kata Nelty yang juga merupakan pengrajin serta desainer Batik Tangsel dalam acara Perayaan Hari Batik Nasional di Hotel Santika Premier Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (2/10/2017).
Baca Juga: Yuk Kenali Batik Maos, Tersirat "Rahasia" di Balik Motifnya
Nelty bercerita, Batik Tangsel banyak mengangkat ciri khas dari potensi dan kultur yang ada di Kota Tangerang Selatan.
"Kulturnya satu, religius, dan kekeluargaan. Selain itu, kami juga mengangkat potensi flora dan fauna dan ada juga sejarah Kota Tangerang Selatan," jelasnya.
Beberapa morif yang biasa diwujudkan dalam selembar kain adalah motif Kacang Keranggan, motif Anggrek, dan Motif Gigi Balang. Gigi Balang merupakan sebuah ornamen yang biasa dimiliki masyarakat Betawi yang biasa dipakai sebagai dekorasi rumah.
Meski Kota Tangerang Selatan memiliki ciri khas kota berwarna hijau toska, Nelty lebih memilih mencoba warna-warna cerah dalam karyanya seperti kuning, merah, biru, dan hijau muda.
Baca Juga: Batik Chic Merambah Italia
"Kami buat cukup light, terang-terang ada kuning, merah. Artinya semaraknya itu jiwa dari Kota Tangerang Selatan yang bisa lebih terkenal," ungkapnya.
Meski masih dibilang sangat baru, Nelty telah beberapa kali membawa karyanya ke luar negeri seperti Jepang, Cina, Italia, dan Jerman.
"Batik itu harus menjadi sebuah nilai ekonomi yang lebih maju dan (cerminan) keanekaragaman yang lebih semarak," tandasnya.