Foto: Sanita Rini (kiri). [Suara.com/Firsta Nodia]
Dia pun menolak keputusannya menentang perjodohan yang dilakukan orang tuanya tergolong sikap durhaka. Justru, kata dia, penyampaian penolakan harus dengan cara yang sopan dan memberikan bukti buruknya dampak dari perkawinan dini.
"Saya mengatakan menolak itu bukan berarti durhaka, karena ketika melakukan penolakan saya komunikasi intensif sehingga orangtua tidak merasa bahwa itu bukti kedurhakaan. Ini tantangan kita bersama bagaimana mengajak anak perempuan bisa menolak perkawinan dini dan orang tua bisa menerima," paparnya.
Baca Juga: Psikolog: Nikah Muda Bisa Picu Depresi hingga Bunuh Diri
Kisahnya yang inspiratif ini bahkan telah dipublikasikan media internasional.
Sanita kini fokus bersama komunitas dan Komisi Perlindungan Anak Desa melakukan sosialisasi mengenai dampak perkawinan anak.
Ia juga aktif dalam Youth Coalition for Girls, koalisi yang membantu anak perempuan untuk dapat menjalani potensi dalam dirinya.