Miris, Sejak SMP Perempuan Ini 'Dipaksa' Nikah oleh Orang Tua

Kamis, 28 September 2017 | 21:44 WIB
Miris, Sejak SMP Perempuan Ini 'Dipaksa' Nikah oleh Orang Tua
Sanita Rini, 22 tahun, saat ditemui di Jakarta, Kamis (28/9/2017). [Suara.com/Firsta Nodia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa, membuat Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara berpenduduk keempat terbesar di dunia.

Angka tersebut rupanya juga menyumbang peringkat Indonesia selaku negara dengan angka perkawinan anak tertinggi ketujuh di planet bumi.

Berdasarkan laporan UNICEF dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016, tercatat sekitar 1.000 anak perempuan Indonesia menikah muda setiap harinya.

Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan dini di Indonesia seperti pendidikan, budaya dan status ekonomi.

Baca Juga: Psikolog: Nikah Muda Bisa Picu Depresi hingga Bunuh Diri

Hal ini diamini Sanita Rini, dara berusia 22 tahun asal Desa Sanetan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Dia pernah akan dijodohkan orang tuanya ketika berusia 13 tahun atau saat baru duduk di bangku kelas satu Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Calon suaminya merupakan anak tetangga di lingkungan rumahnya. Sanita pun menolak perjodohan itu dengan alasan ingin melanjutkan pendidikan.

Anak bungsu dari lima bersaudara ini mengatakan, di desanya banyak orang tua menganggap, ketika sudah duduk di bangku SMP maka anak perempuan sudah cukup umur untuk dinikahkan.

Asumsi tersebut juga bermaksud untuk mengurangi beban dan tanggung jawab yang berpindah ke suami bila anak mereka menikah.

"Saya menolak, saya punya strategi mau sekolah. Pokoknya saya mau sekolah. Dengan berat hati ibu mengakhiri perjodohan itu. Hubungan kami dengan keluarga si laki-laki pun renggang," ujar Sanita di acara diskusi "Aktif, Kreatif, dan Produktif Cerminan Generasi Muda Indonesia" di Jakarta, Kamis (28/9/2017).

Baca Juga: Lama Pacaran Tak Jamin Menikah Bahagia

Tak cukup sampai disitu, Sanita kembali dijodohkan saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Kala itu, dia akan disandingkan dengan anak tetangganya yang sudah lulus SMA dan bekerja sebagai supir ojek.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI