Membina rumah tangga merupakan sebuah petualangan yang penuh suka dan duka. Dari beragam permasalahan yang biasa terjadi dalam rumah tangga, masalah keuangan menjadi faktor utama perceraian.
Konsultan keuangan, Andreas Hartono menjabarkan hasil survei mengejutkan, bagaimana uang menjadi dalang dalam pertikaian rumah tangga. Dari hasil survei yang dilakukan oleh WeCan, diketahui jika 65 persen pasangan di Indonesia tidak terbuka dalam masalah keuangan. Akibatnya, 47 persen konflik rumah tangga didominasi oleh masalah finansial dalam keluarga.
"Bahkan 56 persen hasil survei dari Gallup Poll 10 tahun lalu mengatakan jika uang menjadi penyebabkan perceraian utama," kata Andreas dalam acara #BicaraUang di Permata Bank Office, Menara WTC II, Jakarta, Rabu (20/9/2017).
[Baca_Juga
Andreas juga bercerita bagaimana potensi krisis keuangan, paling rawan terjadi ketika baru memasuki masa pernikahan, memiliki anak, dan memasuki masa pensiun. Karenanya, Andreas melihat perlu adanya prinsip pengelolaan keuangan yang baik dari kedua belah pihak. Prinsip tersebut, menurut Andreas adalah benar mengelola keuangan sejak awal, adanya keterbukaan, dan teamwork yang baik dalam mengatur ekonomi domestik rumah tangga.
Untuk itu, Andreas menyarankan pasangan harus membagi peran dalam masalah keuangan. Peran tersebut adalah peran operasional dan peran strategis.
"Peran operasional itu mengatur cashflow atau uang masuk dan keluar, mengatur tabungan dan dana darurat. Tidak selalu perempuan yang bisa. Sementara peran strategis, memiliki tugas mencari pilihan asuransi, investasi, dan pensiun. Jadi dia harus memikirkan strategi ke depan," ungkapnya.
Nah, dalam membagi pengeluaran bulanan, Andreas meminta pasangan untuk konsisten membagi pos-pos pengeluaran dan pastikan casflow selalu positif setiap bulan. Caranya dengan memastikan 10 persen pemasukan menjadi tabungan setiap bulan, 40 persen sebagai kebutuhan sehari-hari termaauk makan dan biaya sekolah anak, 20 persen sebagai jatah rekreasi seperti jalan-jalan dan makan di luar serta 30 persen untuk membayar hutang maupun tagihan.
"Ini ibaratnya seperti aliran darah, ketika tidak normal, maka keuangan akan tidak normal," tandasnya.