Talita Setyadi dan Misi Membawa Pastry Indonesia Mendunia

Chaerunnisa Suara.Com
Senin, 18 September 2017 | 07:00 WIB
Talita Setyadi dan Misi Membawa Pastry Indonesia Mendunia
Talita Setyadi owner BEAU (Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - You are what you eat, begitulah ungkapan yang sering muncul belakangan ini. Pribadi seseorang bisa diungkap dari apa yang dia makan. Geliat bisnis cake dan pastry pun mulai merambah di kalangan anak muda.

Salah satu fresh pastry baked ternama ialah, perempuan muda bertalenta, Talita Setyadi. Namanya mencuat lewat BEAU, artisan bakery asal Indonesia  yang menyediakan croissant dengan european butter, french multi layer cake, italian donut di Jakarta.  

Meski kini berprofesi sebagai pastry chef sekaligus entrepreneur, Talita justru memiliki dasar pendidikan yang jauh berbeda. Chef tamu dan juri Junior Masterchef Indonesia pada 2014 itu menempuh pendidikan di University of Auckland dengan jurusan musik jazz. Setelah lulus, Talita baru menyadari memiliki kecintaan terhadap dunia pastry hingga membuatnya menimba ilmu di Le Cordon Bleu di Paris untuk mendalami dunia kuliner.

Kembali ke Jakarta pada 2013, perempuan berambut pendek ini membulatkan tekadnya dan mengambil langkah pertama untuk membentuk brand-nya sendiri, BEAU.

Baca Juga: Naila Novaranti, Sekretaris yang Jadi Pelatih Terjun Payung Dunia

Presiden Tim Indonesia di "Pastry World Cup" itupun menjelaskan alasan dirinya membuka BEAU. Setelah kembal ke Tanah Air setelah menghabiskan masa kecil dan remajanya di Auckland, Selandia Baru, dia mengaku sedikit "syok" karena masih kangen dengan makanan-makanan yang biasa dia makan seperti roti seed and grain atau croissant meski dirinya senang balik ke Indonesia.

"Tapi saya suka sekali balik ke Indonesia soalnya wah ternyata banyak juga ingredient Indonesia yang belum sepenuhnya dalam aplikasi pastry atau baking. Jadi saya mencampurkan rasa kangennya dan senangnya itu jadinya BEAU bagaimana saya bisa mengolah bahan-bahan Indonesia dengan cara-cara Eropa dan akhirnya membuat produk-produk baru," kata Talita berbincang dengan Suara.com di BEAU Cikajang, Jakarta Selatan, belum lama ini.

 Kini BEAU sudah berdiri selama dua tahun, dan memiliki lebih dari 100 varian artisan pastry. Namun dari antara semuanya, varian sourdough yang menjadi primadona BEAU. Sourdough adalah roti yang dibuat dengan bantuan ragi alami. Ragi tersebut didapat dari fermentasi bakteri candida milleri dan lactobacillus.

Hal inilah yang membuat sourdough terasa asam dan bertekstur juicy. Sourdough tinggi akan nutrisi, bagus untuk pencernaan, dan membantu mengeluarkan zat-zat tak berguna dalam tubuh. Ini merupakan favorit Talita dan sangat sesuai dengan karakter BEAU yang selalu menggunakan bahan alami tanpa bahan pengawet dan pengembang.

Baca Juga: Perempuan Ini Sukses Bikin Marissa Haque Cintai Tas Lukisnya

"Sebenarnya saya pas kuliah jurusannya musik jazz. Di musik jazz kita belajar bagaimana berkreasi, berinovasi, berimprovisasi. Jadi karena background saya seniman, walaupun bisnis pastry saya masih melihat sekitar saya lewat musik. Jadi heritage saya orang Indonesia dan saya alumni di luar negeri, dicampur dengan kesukaan saya," ungkapnya.

Meski kini telah menjadi salah satu pastry ternama, Talita tak menampik awalnya memang sulit memperkenalkan dan mengedukasi masyarakat dengan roti berbahan alami. Pasalnya, orang Indonesia lebih terbiasa dengan roti yang bertekstur lembek, sementara pastry bikinannya salah satunya sourdough berkulit keras dan crunchy

"Sebenarnya saya suka sekali bahan-bahan dan flavour Indonesia, karena memang saya dari Jawa, jadi lidah saya medok banget. Tapi saya juga diskusi juga dengan pakar kuliner Indonesia pas saya baru balik ke sini. Tanya kok susah ya introduce makanan Indonesia ke luar, banyak feedback yang saya dapat adalah teksturnya agak aneh, sticky, so buat kita sih biasa saja makan kue lapis atau klepon buat orang luar apa sih, bakso juga buat kita seru saja makan kayak bola, tapi buat orang luar ini apa sih," jelas lulusan Universitas Aukland ini. 

Untuk itu, konsep yang dia terapkan di BEAU ini adalah  makanan Indonesia dengan aplikasi Eropa. Diharapkan, dengan konsep yang dia usung ini, dengan perlahan-lahan orang-orang di luar Indonesia  mulai bisa mencicipi makanan Indonesia. Dia mengatakan, mungkin saja setelah mereka merasakan kue pandan bikinan BEAU yang bentuknya entrement dan mousse cake, mereka mungkin mulai mencoba klepon.

Perempuan yang dijuluki The Queen of Pastry ini  berharap BEAU bisa menjadi salah satu bakery yang diakui dunia dan membuka franchise di luar negeri, khususnya Eropa.

"Soalnya kan sekarang yang terkenal di luar negeri itu kue red bean atau black sesame dari Jepang. Tapi rasa Indonesia pandan, asam jawa, pisang kepok, belum dieksplor.  Saya pikir bisa saja dari Indonesia. Jeruk di Indonesia saja ada banyak jenis,  jeruk purut, jeruk limau. Dari Jepang yang terkenal jeruk yuzu. Maka itu kita harus memperkenalkan semua itu ini ke luar negeri," papar Talita.

Agar sukses mewujudkan cita-citanya membawa bendera Indonesia ke luar, Talita pun mengakui memiliki motto yang harus dijaga oleh diri sendiri dan tim di lingkungan kerjanya, yakni "hormati tekniknya dan hormati pelanggannya."

Dia menjelaskan, hormati tekniknya adalah kita perlu mendapatkan dasar-dasar tepat sebelum sesuatu. Tidak ada gunanya melakukan semua hal mewah jika Anda tidak mengetahui bagaimana kaitannya dengan konsep inti dan gagasan di balik setiap produk.

Sedangkan, hormati bahannya berarti  semua bahan harus ditangani dengan hati-hati. Sebagai koki yang baik, kita belajar bagaimana mengolah setiap bahan untuk memanfaatkan penuh rasa dan potensinya. Jadi, imbuhnya, kami ingin selalu memilih bahan terbaik dan memastikan bahwa produk yang disajikan mewakili bahan dengan cara yang berhasil dan berdampak.

"Menghormati pelanggan: Kita perlu memperlakukan pelanggan kita sebagai orang yang cerdas. Seringkali, produk sub-par dijual ke pelanggan karena produsen berpikir bahwa pelanggan tidak peduli atau tidak dapat merasakan perbedaannya. Saya juga percaya bahwa saya hanya akan menyajikan produk untuk saya kepada anak-anak saya sendiri di masa depan, produk yang sehat dan sehat. Ini berarti mereka tidak mengandung apapun yang dapat membahayakan kesehatan Anda seperti pewarna buatan, perasa, aditif dan pengawet," imbuhnya.

Berlatar belakang dunia musik, perempuan 28 tahun itupun menganggap kue ciptaannya sebagai 'alat' untuk sepenuh hati mewujudkan impiannya.

"Karena saya dilatih sebagai musisi jazz, saya menganggap kue sebagai 'alat' saya yang bisa saya ciptakan. Saya tidak dapat benar-benar menjelaskan apa yang menarik saya untuk memilih bass betot sebagai instrumen saya, namun hanya dapat mengatakan bahwa itu mewakili suara saya dan saya dapat mengekspresikan diri secara menyeluruh dengannya," jelasnya.

Bagi Talita, saat membuat kue atau pun memainkan alat musik, dibutuhkan rasa bahagia saat mengolahnya, jika ingin menghasilkan produk yang bagus. Dan, perlu dilakukan sepenuh hati.

"Keduanya membutuhkan kreativitas dan kecerdikan untuk menemukan kombinasi baru, teknik baru dan mencapai dasar baru. Bagi saya, keduanya merupakan cerminan hidup, kepribadian, selera dan budaya," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI