Sensasi Sunset dari Kuburan Batu di Kampung Adat Ratenggaro

Jane
Sensasi Sunset dari Kuburan Batu di Kampung Adat Ratenggaro
Ratenggaro, kampung adat terindah di pulau Sumba.

Kampung adat Ratenggaro membuat para pengunjungnya serasa kembali ke jaman megalitikum sekitar 4.500 tahun yang lalu.

Suara.com - Jika Anda ingin berlibur sambil wisata budaya, Sumba adalah destinasi yang layak Anda tuju. Selain pemandangannya yang indah, di Sumba terdapat rumah adat yang unik dikenal dengan nama Uma Bokulu atau Uma Mbatangu yang sangat kaya akan nilai filosofis.

Uma Bokulu berarti rumah besar dan Uma Mbatangu berarti rumah menara. Hal ini nyata terlihat saat Anda menjejak kaki ke Sumba Barat Daya, tepatnya di kampung adat Ratenggaro yang bangunan rumahnya bisa mencapai 15 hingga 30 meter.

Ratenggaro memiliki arti yaitu Rate adalah kuburan dan Garo adalah orang Garo. Jadi, Ratenggaro berarti kuburan bagi orang Garo.

Baca Juga: Berangsur Normal, Jumlah Penumpang di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali Meningkat

Pulau Sumba di Nusa Tenggara Timur adalah salah satu wilayah di Indonesia yang masyarakatnya masih memegang kuat adat istiadat hingga saat ini. Kepercayaan masyarakat kepada roh nenek moyang yang masih berada di sekitar mereka dalam benda-benda dalam kehidupan sehari-hari disebut Marapu.

Membangun rumah adat bukan prosesi yang mudah. Bahkan menyiapkan bahan-bahan bangunan untuk rumah itu pun tidak boleh sembarangan. Rumah menara setinggi 15-30 meter ini umumnya terbuat dari bambu bulat dengan tiang penyangga yang juga terbuat dari kayu bulat. Orang-orang lokal menyebutnya "kayu kadimbil" berusia tua. Atapnya tak boleh dari bahan lain selain alang-alang.

Setiap rumah adat dibagi menjadi tiga bagian yaitu menara rumah, bangunan utama, dan bagian bawah rumah.

Menara rumah menjadi simbol bagi para roh yang memiliki kedudukan tinggi. Kemudian, bagian bangunan utama menjadi simbol tempat pemujaan sekaligus tempat hunian. Dalam area tengah inilah aktivitas keseharian dilakukan. 
Dapur atau perapian berada bagian tengah rumah di antara 4 pilar utama.

Lalu bagian bawah menjadi tempat hewah peliharaan.

Baca Juga: Abu Gunung Lewotobi Ganggu Penerbangan, Bandara Lombok Batalkan Puluhan Jadwal Terbang

Di bagian depan rumah digantung tulang babi atau tanduk kerbau untuk menunjukan bahwa si pemilik rumah telah memotong hewan ternak sebagai penanda kedudukan status sosial di masyarakat.