Sejuta Kenangan Semalam di Baduy Dalam!

Jane Suara.Com
Senin, 11 September 2017 | 16:12 WIB
Sejuta Kenangan Semalam di Baduy Dalam!
Suku asli Baduy Dalam ke mana pun mereka pergi tidak boleh menggunakan alas kaki dan dilarang menggunakan kendaraan.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Bagi masyarakat Baduy Dalam yang menganut kepercayaan Sunda Wiwitan, amanah leluhur adalah segala-galanya. Menurut Juli, salah satu warga Baduy Dalam, bila tak menaati, mereka akan terkena sanksi adat hingga dikeluarkan dari Baduy Dalam.

“ Bila ada yang melanggar aturan adat akan diberikan hukuman. Biasanya mereka tidak diizinkan masuk ke Baduy Dalam selama 40 hari dan harus bekerja di ladang. Hukuman diberikan sesuai berat atau ringannya pelanggaran, “ ujarnya dalam Bahasa dialek Sunda-Banten.

 Struktur Sosial & Kearifan Lokal Baduy Dalam

Secara tradisional pemerintahan di Baduy bercorak kesukuan dan disebut kapuunan, karena pu’un menjadi pimpinan tertinggi. Pu’un dibantu oleh jaro sebagai pelaksana harian urusan pemerintahan kapuunan.

Pembagian tiga kampung Baduy Dalam memiliki makna penugasan adat. Tiga kampung Baduy Dalam ini adalah Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik

Setiap pu’un di Baduy Dalam memiliki wewenang yang berbeda.

Cibeo memiliki tugas urusan pelayanan masyarakat Baduy, sosial kemasyarakatan, dan terkait wilayah. Tugas pemerintahan, pertanian, dan komunikasi dengan warga luar juga masuk wewenang masyarakat Cibeo. Sedangkan Cikertawana bertugas sebagai penasihat urusan-urusan keamanan, ketertiban, kesejahteraan, dan pembinaan warga Baduy.

Terakhir Cikeusik bertugas soal keagamaan, pelaksanaan kalender adat, serta memutuskan hukuman bagi pelanggar adat.

Baduy Dalam memilih mempertahankan gaya hidup tradisional mereka sebagai masyarakat agraris. Teknologi modern dibatasi dan aktivitas bertani dilakukan secara tradisional. Mereka hanya memakai segelintir alat pertanian, seperti bedog (golok), arit, kored(cangkul kecil), etem (sejenis ani-ani), dan pisau.

Keteguhan masyarakat Baduy menjaga keseimbangan alam patut dicontoh oleh yang tinggal di kota besar. Larangan dan tabu itu jika ditelisik secara ilmiah ada manfaat positifnya, misal larangan mandi menggunakan sabun, odol, sampo. Bahan-bahan kimia dari cairan itu menyebabkan pencemaran air, limbah plastik kemasannya pun sulit diurai oleh tanah dan mengganggu keseimbangan alam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI