Perkembangan Sektor Pariwisata Butuh Dukungan Teknologi Finansial

Jum'at, 08 September 2017 | 19:54 WIB
Perkembangan Sektor Pariwisata Butuh Dukungan Teknologi Finansial
Fintech Connect: Unravel The Travel Industry di Jakarta. [Suara.com/Risna Halidi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dunia pariwisata telah menjadi salah satu sektor industri andalan pemerintah Indonesia. Tercatatkan, pada 2015 lalu sektor pariwisata menyumbang Rp461,36 triliun bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional.

Belum lama ini, para pelaku dunia pariwisata dan penggiat financial technology atau fintech berkumpul dalam acara bertajuk 'Fintech Connect: Unravel The Travel Industry'. Melalui acara tersebut, para travel blogger, tour leader hingga tokoh digital berkumpul membahas dan menciptakan peluang lain dalam sektor pariwisata Indonesia, melalui teknologi finansial atau fintech.

Potion Master LabKinetic, Wicak Hidayat mengatakan, jika Fintec Connect 2017 merupakan wadah untuk mendorong fintech masuk ke dunia travel. Sayang, masih banyak kendala terutama di lokasi wisata terpencil.

Seorang blogger dari BackpackStory, Arif Rahman mengatakan, jika banyak lokasi wisata yang indah namun terkendala informasi yang minim sehingga banyak pelancong enggan mengunjunginya.

Baca Juga: Sutradara Hollywood Bantu Promosikan Pariwisata Sukabumi, Wah?

"Masih banyak tempat yang kurang (informasi). Cara booking bagaimana? Kita cuma tau naik kapal A ke titik B, tapi pengunjung tidak tahu apa bisa booking di tempat? atau bisa gak pesan secara online?" ucapnya.

Ditambahkan oleh Co-founder Tiket.com, Gaery Undarsa, mengibaratkan jika pariwisata merupakan sebuah 'kue besar' dan baru secuil yang digarap. Baginya, perkembangan teknologi finansial dalam dunia travel di Indonesia akan terus tumbuh dan akan lebih dari sekedar mempermudah pembelian tiket.

"(Di Tiket.com) dari 300 orang (pegawai) yang memiliki travel background, hanya tiga orang saja dan pada 2011 jualan online masih dianggap penipu. Tapi kita ingin tetap fokus, kedua kita ingin main volume (banyak) dan ketiga, kita ingin (kerja) gampang dikit. Maksudnya, gampang tidak mau main logistik dan warehousing," terang Gaery.

Kini, meski sudah enam tahun berdiri, Gaery merasa potensi industri pariwisata dalam dunia digital di Tanah Air, pemanfaatannya masih minim.

"Kita bisa menjangkau lebih luas lagi karena ekosistem besar, masih banyak celah yang bisa kita bahas. Ini industri besar," katanya.

Baca Juga: Dianggap Terlalu Mesum, Iklan Pariwisata Jepang Diprotes

Meski wisata dalam bentuk teknologi finansial terus digenjot, CEO Antavaya, Donny Oskaria mengatakan, jika pelaku wisata konvensional dan digital bisa saling melengkapi dan berkolaborasi dengan baik.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI