Suara.com - Pagi itu, seorang pria tua bernama Suprapto (78) tampak memandangi sebatang pohon yang tumbuh di kompleks Makam Tembaga, Desa Pekunden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Sesekali, pria kelahiran Pekunden itu memegang batang pohon berwarna cokelat kekuningan yang dikenal masyarakat dengan sebutan pohon tembaga.
"Dulu, semasa kecil, saya sering main ke sini dan pohon tembaga ini telah tumbuh namun sampai sekarang ukurannya enggak berubah, tetap seperti ini. Kompleks makam ini diberi nama Tembaga karena adanya pohon tembaga ini," ujar Suprapto.
Dia mengaku jika semasa kecil tidak peduli terhadap keberadaan pohon tembaga di desanya.
Baca Juga: Ini Alasan Menpar Kembangkan Wisata Ziarah
Akan tetapi dalam beberapa waktu terakhir, benaknya terusik oleh pohon tembaga yang memiliki tinggi lebih kurang 10 meter dan diameter terbesar sekitar 30 centimeter itu.
Hal itu disebabkan pohon tembaga yang tumbuh di Banyumas hanya satu batang dan belum diketahui manfaatnya.
"Sepertinya, pohon tembaga ini bagus kalau dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata karena usianya yang sangat tua dan mungkin hanya satu-satunya. Di sini pun cuma hanya ada satu batang, entah bisa dikembangkan atau tidak," katanya.
Pemerintah Kabupaten Banyumas diharapkan dapat mengembangkan potensi pohon tembaga sebagai salah satu destinasi wisata karena diduga berkaitan erat dengan sejarah Banyumas.
Dia meyakini akan banyak wisatawan yang datang untuk melihat secara langsung pohon tembaga yang sudah berusia ratusan tahun itu.
Baca Juga: Situs Walisongo Dijadikan Destinasi Wisata Ziarah
Babad Banyumas Dugaan keterkaitan pohon tembaga dengan sejarah Banyumas itu diamini warga Desa Pekunden lainnya, yakni Sugito (79).