69 Alasan Menjadi Lajang Itu Menyenangkan

Kamis, 07 September 2017 | 13:15 WIB
69 Alasan Menjadi Lajang Itu Menyenangkan
Feby Indriani dan Managing Editor Magdalene, Hera Diani ungkap 69 alasan menjadi jomblo menyenangkan (Suara.com/Risna)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggunaan media sosial, gencarnya gerakan menikah muda hingga cerita manis poligami yang akhir-akhir ini banyak digaungkan ternyata membuat para lajang semakin terpojok.

Tak heran, menjadi lajang saat ini merupakan bahan candaan utama yang tak ada habis-habisnya hingga dijadikan "jualan" politik beberapa tokoh pemimpin agar dapat diterima masyarakat luas, terutama remaja.

Penulis Feby Indriani dan Managing Editor Magdalene, Hera Diani melihat fenomena single shaming yang semakin meluas di mana masyarakat Indonesia yang sudah memiliki pasangan sah selalu "menghina" para lajang dengan kata-kata seperti "jomblo", "expired", hingga "tak laku".

"Bahkan ada istilah jika perempuan itu seperti pohon Natal, setelah 25 sudah tidak terpakai," ucap Feby di sela-sela peluncuran bukunya di kawasan Jakarta Pusat, Rabu, (6/9/2017).

Baca Juga: Duh, Kelamaan Jomblo Bikin Cepat Pikun

Feby bahkan merasa aneh etika perempuan-perempuan berusia 23 tahun sudah mulai ketakutan jika belum menemukan calon jodohnya kelak.

Lebih lanjut, Hera mengungkapkan, jika bentuk-bentuk single shaming ada beberapa macam seperti sindiran atau bahkan guyonan.

"Saat ini masyarakat Indonesia tidak memiliki batasan untuk masalah-masalah tersebut (ruang pribadi)," imbuhnya.

Feby juga merasa heran bagaimana pernikahan berubah menjadi ukuran pencapaian dan kebahagiaan. Karena menurutnya, jaminan kebahagiaan bukanlah selalu urusan rumah tangga saja.

Baca Juga: Ini Untungnya Jadi Jomblo dari Sisi Psikologis

Karena itu, Feby kemudian memilih untuk menyalurkan unek-uneknya melalui tulisan-tulisan kecil tentang hal 'menyenangkan' menjadi seorang lajang lewat buku "69 Things To Be Grateful About Being Single" yang berkolaborasi dengan ilustrator Emte.

"Buku ini dibuat sebagai ajakan untuk bersyukur, menertawakan diri sendiri dan bisa dipakai untuk meledek balik," kata Feby.

Salah satu dari 69 hal tersebut adalah dapat menyalurkan impian dan keinginan tanpa perlu berkompromi dengan pasangan. Angka 69 digunakan karena Feby merasa segala sesuatu memiliki padanan. Namun, dia juga percaya jika alasan menjadi lajang yang bahagia bisa melebihi angka 69 itu sendiri.

"Saya bukan orang yang menolak konsep pernikahan. Saya bukan orang seekstrem itu. Tapi selalu ada harga yang harus dibayar baik bagi mereka yang memilih menikah atau sendiri. Dan menjadi lajang tidak selalu bahagia atau juga tidak selalu menderita, begitupun yang menikah," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI