Seberapa Amankah Oral Seks?

Chaerunnisa Suara.Com
Rabu, 06 September 2017 | 21:20 WIB
Seberapa Amankah Oral Seks?
Ilustrasi pasangan bercinta. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi sebagian lelaki, melakukan oral seks saat berhubungan seksual terasa menyenangkan, meski pasangannya belum tentu benar-benar menikmati hal itu. Sebagian perempuan merasa penis lelaki tidak selalu bersih, dan khawatir mengalami infeksi menular seksual jika melakukan oral seks.

Dr George Lee, seperti dikutip dari Asiaone mengungkapkan, oral seks secara teknis merupakan bentuk aktivitas seksual. Seks ini melibatkan stimulasi genitalia dengan menggunakan mulut, yaitu bibir, lidah, tenggorokan atau gigi. Rangsangan oral pada bagian tubuh lainnya secara teknis tidak dianggap sebagai oral seks.

Oral seks dapat diberikan untuk semua jenis kelamin. Oral seks yang dilakukan pada perempuan disebut cunnilingus, sementara pada lelaki disebut fellatio.

Bentuk lain dari oral seks juga beragam. Bila anus orang tersebut dirangsang secara oral, ini merupakan bentuk oral seks yang kurang umum atau disebut anilingus.

Baca Juga: Adegan Oral Seks Keponakan Ashanty Bocor?

Oral seks, baik cunnilingus maupun anilingus, sering dianggap tabu di banyak kebudayaan. Meski menjadi topik kesehatan seksual, statistik nasional menunjukkan, sebagian besar orang Amerika memiliki pengalaman oral seks saat remaja awal.

Menurut sebuah survei CDC, hingga 90 persen orang dewasa berusia 25-44 tahun melakukan oral seks dengan seseorang dari lawan jenisnya.

Oral seks umumnya dilakukan oleh pasangan lelaki dan perempuan dari berbagai usia. Namun, laki-laki lebih mungkin melakukan oral seks dibandingkan perempuan. Proporsi lelaki dan perempuan setara telah melakukan oral seks turut dicatat dalam penelitian yang sama.

Dalam studi lain, remaja di AS tercatat melakukan oral seks sebelum mereka memulai hubungan seksual, karena mereka menganggap praktik semacam itu kurang berisiko dibandingkan seks "sebenarnya".

Studi ini menunjukkan, bahwa kebanyakan remaja yang berpikir terlibat dalam oral seks dianggap kurang memiliki risiko sosial, emosional, dan kesehatan.

Baca Juga: Oral Seks Tak Aman, Penyakit Kelamin Ini Jadi Kian Susah Diatasi

Namun, di kalangan remaja yang aktif secara seksual, sekitar dua persen mengaku tertular infeksi menular seksual saat hanya melakukan oral seks, dibandingkan dengan lima persen yang melakukan hubungan seks vaginal. Sementara itu, 13 persen dari mereka melakukan keduanya.

Lantas, seberapa amankah oral seks? Oral seks sama sekali tidak berisiko untuk hamil. Namun, risiko terkena suatu penyakit selama oral seks tidak jarang terjadi. Bentuk patogen yang paling umum dapat terjadi melalui oral seks meliputi herpes, gonore, dan sifilis.

Penyakit lain yang kurang umum adalah klamidia, genital warts, kutu pubis, hepatitis B dan C, bahkan hingga HIV.

Risikonya, umumnya lebih tinggi jika Anda memberi daripada menerima oral seks. Pasalnya, risiko terpapar cairan kelamin lebih tinggi. Risiko meningkat jika orang yang melakukan oral seks memiliki luka, bisul atau luka di mulut selama beraktivitas.

Penggunaan proteksi penghalang dapat mengurangi risiko terkena infeksi menular seksual. Untuk oral seks pada lelaki, penggunaan kondom akan mengurangi risiko penularan.

Dan bagi perempuan, penggunaan bendungan, yang merupakan kuadrat tipis sebagai penghalang antara vagina atau anus dapat membantu mencegah penyebaran patogen.

Beberapa dokter memperkirakan, orang tidak menggunakan pelindung saat melakukan oral seks karena mereka tidak sadar akan risiko penularan penyakit.

Meski kurang tertarik menggunakan kondom saat melakukan oral seks, salah satu bentuk perlindungan yang perlu diperhatikan adalah pencegahan kanker tenggorokan yang ditularkan melalui seks oral.

Kenyataannya, bukan seks oral yang menyebabkan kanker, tapi transmisi Human Papilloma Virus (HPV) dari orang ke orang selama oral seks, seperti yang dialami Michael Douglas.

Sebuah studi yang diterbitkan di New England Journal of Medicine juga menyoroti risiko kanker orofryngeal yang lebih besar pada orang yang melakukan hubungan seks oral dengan setidaknya enam pasangan. Kanker DNA tipe 16 sering ditemukan pada orang yang memiliki banyak pasangan seks.

Karena vaksin untuk mencegah kontraksi HPV 16 sekarang tersedia secara luas, penting untuk mendapatkan perlindungan sebelum melakukan kontak oral seks. (Asiaone)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI