Togu, Sarjana IT yang Sukses "Meracik" Kopi

Tomi Tresnady Suara.Com
Senin, 18 September 2017 | 09:15 WIB
Togu, Sarjana IT yang Sukses "Meracik" Kopi
Togu Panandaditya Siregar, CEO PT. JPW Indonesia. [suara.com/Tomi]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Terkadang meraih sukses dalam berbisnis berawal dari ketidaksengajaan. Seperti yang dialami Togu Panandaditya Siregar, seorang sarjana IT lulusan Universitas Bina Nusantara.

Berawal dari profesi melayani jasa pembuatan website, Togu kini sukses mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan kopi, kemasan kopi, mesin barista, dan alat membuat kopi, dengan bendera perusahaan PT. JPW Indonesia.

Ayah dua anak ini awalnya mendirikan perusahaan Jasa Pembuat Website (JPW). Dia sebagai web developer sejak masih duduk di bangku kuliah tahun 2008.

Selanjutnya, pada tahun 2012, ada klien yang meminta dia membuatkan website menjual kopi. Dari situ, Togu mendapat kepercayaan mengelola website perusahaan milik kliennya itu.

Togu Panandaditya Siregar, CEO PT. JPW Indonesia bersama ibundanya, Winda, dan para karyawan. [suara.com/Tomi Tresnady]

Foto: Togu bersama ibundanya, Winda (hijab merah), dan para karyawan.

Saat awal merintis, Togu sendirian menggiling, mengemas hingga membuat website. Pembukuan pun dibuat sendiri.

Sekitar enam bulan berikutnya, dia dibantu ibunya sendiri, Winda. Saat ini, karyawan JPW Indonesia sudah berjumlah 12 orang.

"Berjalan setahun, 2013, akhirnya saya berjalan sendiri, brand awalnya Kopi Luwak Nusantara. Setelah jalan sendiri kita jual brand yang dulu dan karena sudah dikenal dengan nama JPW pakai brand JPW Coffee, JPW Packaging, webnya JPW Ceative," kata Togu saat ditemui Suara.com di kantornya, Kavling Polri Ampera, Jalan B1 No. 24, Cilandak, Ragunan, Jakarta Selatan.

Lelaki 32 tahun ini mengaku modal awal mendirikan usaha tak sampai Rp5 juta. Saat itu, ia hanya butuh mesin giling (grinder) dan mesin sealer.

Untuk kopinya, Togu mengambil dari punya orang lain yang sudah matang, dikemas dan dijual. Dia saat itu masih fokus sebagai supplier.

"Dulu hanya kopi, sekarang sudah jual peralatannya sama packaging," tutur Togu.

JPW Indonesia, ungkap Togu, saat ini banyak menyuplai kepada kafe-kafe, personal, UKM yang menjual lagi dengan merek sendiri, ada juga diekspor ke luar negeri.

"Kalau untuk ekspor sekitar 30 persen, sedangkan dijual untuk lokal 70 persen," jelasnya.

Togu Panandaditya Siregar, CEO PT. JPW Indonesia. [suara.com/Tomi Tresnady]

Foto: Togu Panandaditya Siregar, CEO PT. JPW Indonesia

Menurutnya, pasar lokal masih menarik dibanding ekspor. Selama menjalani usaha kopi belum merasakan masa-masa sulit yang begitu signifikan.

Paling cuma kendala musim hujan yang membuat stok kopi dari pengepul berkurang karena tak bisa dijemur. Seperti sekarang ini, hanya stok kopi dari Bali yang susah, namun daerah lainnya masih mudah diperoleh.

Togu merasakan animo kopi selalu bagus dari tahun ke tahun. Malah, trennya meningkat terus meskipun pemain kopi semakin banyak. Dia berani bilang, tak akan sampai kehabisan pelanggan.

"Kenapa? karena saking banyaknya customer. Orang Indonesia 90 persen peminum kopi, lebih banyak dibanding teh. Penjual kopi baru 1-2 persen. Banyak juga customer kopi A pindah ke kita," kata Togu.

Saat ini, JPW sudah menjual kopi sekitar 700 kilogram hingga 1 ton untuk tiap bulannya untuk biji kopi matang. Kemasannya sendiri mulai 250 gram hingga 1 kilogram.

Togu bersiap mengembangkan bisnisnya dengan membeli ruko tiga lantai di kawasan bisnis Grand Depok City. Kemungkinan siap operasi bulan Februari 2018.

Di ruko tiga lantai itu, Togu punya rencana membuat kafe di lantai 1, sedangkan lantai dua untuk pelatihan barista atau showroom.

"Banyak customer yang minta kita ngadain pelatihan barista karena banyak yang beli mesin dan peralatannya, tapi kita rekomendasiin ke teman," ungkapnya.

JPW paling laku menjual kopi Gayo, Toraja, Wamena dan Bali. Perusahaan ini juga menjual kopi best seller, yakni kopi racikan sendiri berharga Rp150 ribu per kilo.

Untuk penjualan kopi 800 kilogram, untuk 500 kilogramnya adalah kopi blend racikan sendiri. Togu mengaku bisa laris menjual kopi blend karena murah dan kualitasnya bagus.

"Kopi premium biasanya 300 ribu, kita jual 150 ribu makanya orang banyak beli," katanya.

Togu sengaja memilih tempat usaha di dalam komplek perumahan karena sebelum membuka usaha kopi, pada dasarnya ia memiliki keahlian memasarkan produk lewat internet atau internet marketing konsultan.

Kemudian, ia memang tak suka keluar rumah sehingga memilih bekerja pun cukup di rumah saja. "Jadi saya ingin menciptakan suasana kerja gimana gak keluar tapi usaha tetap jalan. Jadi bikin usaha di rumah," ujarnya.

Sekadar diketahui, JPW Indonesia melakukan penjualan melalui online hingga 99 persen. Menurutnya, jika marketing melalui online bagus, pelanggan pasti banyak yang mencari.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI