Untuk kopinya, Togu mengambil dari punya orang lain yang sudah matang, dikemas dan dijual. Dia saat itu masih fokus sebagai supplier.
"Dulu hanya kopi, sekarang sudah jual peralatannya sama packaging," tutur Togu.
JPW Indonesia, ungkap Togu, saat ini banyak menyuplai kepada kafe-kafe, personal, UKM yang menjual lagi dengan merek sendiri, ada juga diekspor ke luar negeri.
"Kalau untuk ekspor sekitar 30 persen, sedangkan dijual untuk lokal 70 persen," jelasnya.
Foto: Togu Panandaditya Siregar, CEO PT. JPW Indonesia
Menurutnya, pasar lokal masih menarik dibanding ekspor. Selama menjalani usaha kopi belum merasakan masa-masa sulit yang begitu signifikan.
Paling cuma kendala musim hujan yang membuat stok kopi dari pengepul berkurang karena tak bisa dijemur. Seperti sekarang ini, hanya stok kopi dari Bali yang susah, namun daerah lainnya masih mudah diperoleh.
Togu merasakan animo kopi selalu bagus dari tahun ke tahun. Malah, trennya meningkat terus meskipun pemain kopi semakin banyak. Dia berani bilang, tak akan sampai kehabisan pelanggan.
"Kenapa? karena saking banyaknya customer. Orang Indonesia 90 persen peminum kopi, lebih banyak dibanding teh. Penjual kopi baru 1-2 persen. Banyak juga customer kopi A pindah ke kita," kata Togu.