Boneka Seks Kini Lebih Populer Dibandingkan Pelacur

Selasa, 29 Agustus 2017 | 21:00 WIB
Boneka Seks Kini Lebih Populer Dibandingkan Pelacur
Koleksi Boneka Seks Stacey Leigh. [Metro]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah satu rumah bordil di Wina, Austria, kembali mengeluarkan uang hingga USD9.747 untuk membeli boneka seks kedua mereka. Pasalnya, boneka seks yang lebih dulu dibeli populer di kalangan klien dibandingkan para Pekerja Seks Komersial (PSK) sesungguhnya.

Boneka seks bernama Fanny ini terbukti "laku keras" di rumah bordil kawasan Kontakthof tersebut. Boneka ini dengan cepat menjadi pekerja seks yang paling banyak dicari di sana.

Klien yang ingin "memakai" Fanny, yang terbuat dari silikon, harus membayar USD118 per jam. Pasalnya, bayaran ini lebih mahal jika dibandingkan tarif beberapa pelacur yang bekerja di rumah seks tersebut.

Pemilik rumah bordil mengungkapkan, banyak klien yang memesan Fanny selama beberapa hari berturut-turut, sehingga memutuskan menjawab permintaan yang meningkat, dengan menambah "PSK plastik" mereka.

Baca Juga: Ibu Dua Anak Habiskan Rp171 Juta demi Jadi Boneka Seks

Fanny memiliki rambut yang pirang, payudara yang besar dan berat 38 kilogram. Menurut pemiliknya, Fanny bisa memenuhi semua keinginan seksual karena boneka ini sangat fleksibel dan bisa diletakkan dalam posisi yang diinginkan pelanggan.

Boneka seks yang sangat mirip dengan perempuan asli ini juga digambarkan sebagai sosok perempuan sangat muda, seksi, ramping dan payudara yang erotis.

Di situs rumah bordil tersebut, Fanny memperkenalkan dirinya, dan menjelaskan untuk mencegah infeksi dan penyakit menular, klien yang sudah selesai memakai, harus segera membersihkan dirinya. Namun, operator rumah bordil tidak mau menjelaskan dengan tepat bagaimana boneka tersebut dibersihkan.

Tampaknya, popularitas Fanny telah menyebar ke rumah pelacuran lainnya, yang juga mencari boneka mirip untuk pelanggan mereka.

Peter Laskaris yang mengoperasikan dua rumah pelacuran di Wina, mengatakan boneka ini berasal dari Jepang, dan dia telah menghabiskan biaya hingga USD10.394 untuk mendatangkan boneka ini.

Baca Juga: Astaga, Jumlah Paedofil Meningkat Gara-gara Boneka Seks

Psikolog Gerti Senger menjelaskan mengapa beberapa lelaki lebih tertarik meniduri "Fanny" daripada perempuan sesungguhnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI