Sebagai seorang penulis yang banyak mencurahkan sisi lain perempuan, Okky mengaku terkejut jika pernikahan yang dijalaninya dengan jurnalis Abdul Khalik sejak Desember 2008 merupakan momen yang berhasil "membebaskannya".
Perempuan kelahiran Magetan, di kota kecil Gunung Lawu itu mengaku berbeda dengan teman-temannya yang memiliki pandangan feminisme, menikah, menurutnya sebagai momentum pembebasan dan bukan menjadi alat yang memasungnya dalam berkarya.
"Saya menikah Desember 2008, mulai menulis 2009. Suami saya memberi ruang seluas-luasnya. Dia adalah sosok yang mewarnai intelektualitas saya, pembaca pertama tulisan-tulisan saya, dan orang pertama yang yakin bahwa tulisan saya layak diterbitkan," jawab perempuan kelahiran 30 Oktober, 32 tahun silam.
Ke depannya, Okky akan menghadapi tantangan baru. Tantangan tersebut adalah menulis suatu karya yang bisa dinikmati oleh anak-anak, termasuk anaknya kelak yang kini sudah berusia tiga tahun, Mata Diraya.
Baca Juga: Perempuan Ini Sukses Bikin Marissa Haque Cintai Tas Lukisnya
"Saya berpikir bagaimana supaya ketika dia SD, dia bisa baca karya ibunya. Novel-novel saya sebelumnya terbilang dewasa. Masa harus menunggu dia SMP dulu baru bisa baca karya ibunya, Entrok atau Pasung Jiwa? Jadi, ini oleh-oleh dari perjalanan ke Atambua, NTT ketika dikirim Badan Bahasa selama 10 hari. Saya bawa Mata Diraya juga saat itu. Saya diminta untuk menulis cerita tentang daerah perbatasan. Di luar itu, saya akan menuliskan novel dengan karakter utama anak umur 12 tahun. Ini tantangan besar untuk saya, membuat novel yang bernilai tapi bisa dibaca siapa saja," ujarnya.
Salah satu penghargaan yang pernah Okky terima lewat karyanya adalah Anugerah Sastra Khatulistiwa 2012 untuk novel "Maryam" ketika dia menginjak usia 28 tahun dan merupakan penulis termuda yang mendapat penghargaan sastra tertinggi di Indonesia.