Istano Basa Pagaruyung, Jejak Sejarah Minangkabau yang Mempesona

Adhitya Himawan Suara.Com
Sabtu, 26 Agustus 2017 | 12:28 WIB
Istano Basa Pagaruyung, Jejak Sejarah Minangkabau yang Mempesona
Istano Basa Pagaruyung, di Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Indonesia memang negeri yang menjadi surga budaya. Sejak zaman dahulu kala, Nusantara telah menawarkan sejuta pesona keangekaragaman budaya yang menarik minat berbagai bangsa dari belahan dunia manapun.

Tak terkecuali bumi Minangkabau di Sumatera Barat. Kebudayaan Minangkabau merupakan salah satu pesona budaya yang tak boleh anda lewatkan untuk dinikmati. Ada begitu banyak destinasi wisata budaya yang bisa anda jelajahi di Sumatera Barat.

Salah satu destinasi yang wajib anda lihat adalah Istano Basa atau lebih populer dengan sebutan Istana Pagaruyung. Istana ini terletak di kecamatan Tanjung Emas, kota Batusangkar, kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana adalah salah satu destinasi wisaya budaya paling terkenal di Sumatera Barat.

Ketika Suara.com berwisata di Istana Pagaruyung, November 2016, nampak ratusan pengunjung sedang asyik berjalan memasuki bangunan istana yang besar. Isana Pagaruyung sendiri memiliki hamparan halaman yang begitu luas.

Baca Juga: Menjelajahi Kebun Binatang Surabaya, Ikon Kota Pahlawan

"Istana ini memang pernah terbakar beberapa tahun lalu," kata Tri Purnama Ningsih, salah seorang pengunjung dari kota Padang kepada Suara.com.

Memang, Istano Basa yang kami kunjungi sekarang sebenarnya hanyalah replika dari istana yang asli. Istano Basa yang asli dulu terletak di atas bukit Batu Patah. Tragisnya, Istana Pagaruyung yang asli ini terbakar habis pada sebuah kerusuhan berdarah pada tahun 1804 pada zaman Belanda. Istana tersebut kemudian didirikan kembali namun kembali terbakar pada tahun 1966.

Konstruksi Istano Basa dilakukan dengan peletakan tunggak tuo (tiang utama) pada 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat waktu itu, Harun Zain. Bangunan baru ini tidak didirikan di lokasi istana yang asli, tetapi di lokasi baru di sebelah selatannya.

Bila anda wisatawan domestik, anda cukup membayar karcis masuk sebesar Rp7.000 per orang. Namun untuk wisatawan mancanegara, dikenakan tarif Rp12.000 per orang.

Baca Juga: Mengunjungi Tugu Pahlawan, Simbol Kota Surabaya

Begitu anda masuk, anda yang membawa anak kecil bisa mengajaknya untuk naik kereta odong-odong dengan tarif yang murah meriah. Dengan odong-odong ini, anda bisa mengitari halaman komplek Istana Pagaruyung dengan latar belakang perbukitan yang begitu hijau mempesona.

Bagi yang hobi berkuda, ternyata ada beberapa pemandu wisata yang menawarkan kesempatan menaiki kuda kepada pengunjung. Halaman istana yang begitu luas dengan rumput yang tertata rapi akan memanjakan hobi berkuda anda.

Setelah puas menikmati hiburan di halaman, anda mulai bisa beranjak memasuki istana. Jarang dari pintu gerbang menuju pintu masuk istana sendiri cukup jauh. Namun beberapa undakan tangga yang cukup banyak tidak membuat perjalanan jadi sulit.

Begitu anda telah melewati pintu masuk, anda akan mendapati Istana Pagaruyung ternyata terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama berupa ruangan luas yang memajang berbagai benda dalam etalase, kamar-kamar, dan sebuah singgasana dibagian tengah. Jika Istana Pagaruyung dilihat dari luar, maka akan tampak bangunan yang memanjang dengan bagian yang lebih tinggi diujung kanan dan kirinya.

Bagian ini disebut sebagai anjuang. Keberadaan anjuang adalah salah satu ciri khas rumah adat Koto Piliang. Anjuang yang berada di sebelah kanan disebut sebagai anjuang Rajo Babandiang sedangkan yang di sebelah kanan disebut anjuang Perak. Anjuang ini adalah ruang kehormatan bagi keluarga kerajaan.

Pada bagian tengah terdapat 7 kamar tidur untuk anak raja yang sudah menikah. Anak yang paling tua menempati kamar yang paling kanan, begitu seterusnya sampai anak yang termuda menempati kamar yang berada paling kiri. Tepat ditengah ruangan, persis di depan pintu masuk terdapat sebuah singgasana yang disebut sebagai Bundo Kanduang karena yang duduk di sana memang ibunda raja.

Beliau akan duduk di sana sehari-hari untuk mengawasi setiap tamu yang datang. Apabila kerajaan mengadakan perjamuan atau rapat maka ibunda raja yang akan memastikan setiap orang duduk pada tempatnya yang benar, hidangan disajikan tepat waktu dan mengawasi apapun keperluan dalam ruangan sedangkan raja berada di anjuang Rajo Babandiang.

Lantai dua disebut sebagai anjuang Paranginan yaitu kamar anak perempuan raja yang belum menikah.

Adapun lantai tiga adalah ruang penyimpanan harta pusaka raja sekaligus tempat rapat khusus raja 3 selo. Raja 3 selo adalah institusi tertinggi dalam hirarki kerajaan Pagaruyung, berasal dari keturunan yang sama dan masing-masing bertugas untuk memutuskan perkara-perkara yang berhubungan dengan alam, adat dan ibadat.

Puas anda menjelajahi bagian dalam Istana Pagaruyung, anda bisa menjajal pakaian adat dari Kerajaan Pagaruyung. Beberapa penjaga di lantai pertama Istana Pagaruyung juga menawarkan jasa penyewaan pakaian adat. Anda diperbolehkan memakainya dan berfoto, namun tidak untuk dibawa pulang.

Jika sudah puas berjalan-jalan, anda bisa wisata belanja di areal parkir kendaraan. Disana ada begitu banyak toko cinderamata yang menawarkan berbagi pernik-pernik khas Sumatera Barat. Termasuk kaus dengan gambar Istana Pagaruyung, tas dan masih banyak lagi.

Asyik kan? Ayo jangan lewatkan kesempatan untuk mengunjungi Istana Pagaruyung!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI