Lahan milik Hamsad yang diserobot itu terdapat di Jalan Bangau 6 RT 002 RW 008, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoranmas, Depok.
Satu tahun setelah insiden bak sampah, pada 2010 Hamsad mulai jatuh sakit. Dia menderita tekanan darah itu dan sempat dirawat di RS Bakti Yudha Depok di tahun itu.
“Bapak saat itu baru pulang dari Thailand (raih penghargaan SEA Writer Award 2008 dari Ratu Sirikit). Lalu pulang rumahnya sudah dibikin bak sampah. Mati auralah. Bapak enggak bisa keras-keras karena orang sastra. Lembut-lembutlah (kepada Pemda),” ujar Nur.
Pengarang cerpen yang monumental bertajuk "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu" itu lalu diserang penyakit komplikasi, mulai dari muntaber dan stroke.
“Sebelum stroke itu muntaber, enggak bisa kencing, perut di bor. Pakai selang. Udah enam bulan tanya dokter. Dikasih ring cincin dikemaluannnya jangka waktu 5 tahun,” ujar perempuan yang melahirkan empat anak hasil pernikahannya dengan Hamsad.
Nur merasa bersyukur suaminya saat itu mendapat pertolongan dari Menteri Kesehatan Endang Rahayu (alm).
Namun, pada tahun 2012, Hamsad mengalami gagal jantung. Semenjak itu, penyakit terus muncul.
“Sebelumnya prostat yang dulunya kepikir enggak ada. Lalu di by pass wah, gelap dunia,” ujarnya.
Jika masyarakat ingin mengulurkan bantuan kepada pemilik kumpulan cerpen "Bibir Dalam Pispot" ini bisa salurkan dana ke BNI cabang Margonda, Depok, nomor 0106423653 atas nama Hamsad Rangkuti.