"Sekarang ini, para perempuan memiliki harapan yang lebih tinggi tentang kehidupan seks mereka, daripada 40 tahun yang lalu. Mereka ingin bereksperimen, dan umumnya lebih mandiri," kata Binswanger.
Lebih lanjut, dia mengungkapkan, teknologi telah memberi kesempatan pada lelaki dan perempuan menjalin hubungan lebih banyak daripada sebelumnya.
Namun, smartphone dan media sosial juga mengaburkan batasan tentang perselingkuhan. Jika Anda mengirim pesan pada seseorang di Twitter dan menukar beberapa pesan nakal, apakah itu bisa disebut selingkuh?
Atau apakah komentar emoji hati pada sebuah pos Instagram diperbolehkan? Bagaimana jika itu adalah foto seksi seseorang?
Baca Juga: Perempuan dengan Profesi Ini Paling Berisiko Selingkuh
Psikolog mengatakan, bahwa dalam masalah perselingkuhan, perempuan lebih terganggu oleh urusan emosional, sementara perselingkuhan fisik masih lebih banyak dilakukan lelaki. Ini mungkin menjelaskan mengapa lelaki dan perempuan cenderung berselingkuh karena alasan yang berbeda pula.
"Bagi lelaki, perselingkuhan adalah tentang peluang. Jika mereka mendapatkan kesempatan besar dan risiko ketahuan sangat kecil, kemungkinan besar mereka akan berselingkuh," kata dia.
Sedangkan perempuan biasanya akan berselingkuh bukan karena mereka memiliki lebih banyak kesempatan, tapi disebabkan motivasi lainnya.
Saat berbicara dengan perempuan untuk bukunya, Binswanger menemukan bahwa mayoritas perempuan yang melakukan perselingkuhan pada pasangan mereka, karena mereka merasa frustrasi dalam beberapa hal, entah dengan hubungan mereka atau dalam kehidupan.
"Banyak yang merasa tidak diinginkan, tidak pernah terdengar atau hanya tidak bahagia, jadi mereka mulai mencari kegembiraan di luar," papar Binswanger.
Baca Juga: Ini Alasan Selingkuh Jadi Tren Belakangan Ini
Dia mengatakan, hal ini sering dilakukan secara tidak sadar. Namun, mereka lebih cepat sadar, sebelum "tertangkap basah" oleh pasangannya. (Independent)