Suara.com - Tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini tampaknya sangat tepat untuk menggambarkan apa yang melatarbelakangi berdirinya Komunitas Aleut.
Ya, berdirinya komunitas ini memang dilatarbelakangi oleh keinginan sekelompok generasi muda untuk mengenal lebih dekat tentang sejarah Bandung, Jawa Barat, agar rasa cinta terhadap daerah asalnya semakin menguat.
Kala itu pertengahan 2005, tepatnya saat mahasiswa baru Jurusan Sejarah di Universitas Padjajaran akan segera memasuki masa Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (ospek), panitia memutar otak untuk membuat program masa orientasi yang lebih berbobot dari biasanya. Dibantu Direktur Program Radio Mestika FM Bandung, Ridwan Hutagalung, pencetus program acara Afternoon Coffee di radionya, tercetuslah gagasan orientasi bernuansa wisata sejarah di Bandung.
Gagasan ini ternyata mendapat respons positif dari para mahasiswa bahkan resmi dijadikan sebagai komunitas yang diberi nama Komunitas Aleut pada 2006. Aleut sendiri dalam bahasa Sunda memiliki arti sekelompok orang yang berjalan beriringan layaknya petani yang beramai-ramai melintasi jalan setapak.
Salah satu penggiat bidang literasi di Komunitas Aleut, Irfan Teguh mengatakan bahwa komunitas ini memiliki jargon, Ngaleut: tjara asjik mengenal Bandoeng. Jargon ini, kata dia, sejalan dengan kegiatan utama komunitasnya, yaitu ngaleut yang artinya berjalan beriringan menyusuri situs-situs sejarah atau budaya penting di sekitaran Bandung Raya.
Dari Nobar hingga Jalan-jalan
Selain kegiatan ngaleut, Teguh menjelaskan, ada tiga aktivitas lain yang biasa dilakukan dalam sepekan. "Anggota Komunitas Aleut itu semua kalangan, khususnya warga Bandung. Sekarang dalam sepekan biasanya ada empat kegiatan," terangnya kepada Suara.com, beberapa waktu lalu.
Kegiatan pertama, kata Teguh, nonton film bareng setiap Selasa, mulai pukul 18.30 WIB. Kedua, ada rapat mingguan yang digelar setiap Kamis, mulai pukul 19.00 WIB.
Program ketiga, lanjut dia, ada kelas Literasi atau diskusi buku, yang dilakukan setiap Sabtu mulai pukul 13.30 WIB. "Nah, keempat, ada ngaleut, yang dilakukan pada Minggu mulai pukul 07.30 WIB," terang Teguh merinci.
Lantas, tempat atau situs sejarah apa saja yang pernah disambangi oleh Komunitas Aleut? Di antaranya adalah Masjid Al-Imtijaz, sebuah masjid yang dibangun oleh Komunitas Muslim Tionghoa yang terletak dekat sungai Cikapundung hingga Wihara Satya Budhi.
Tak hanya itu, Komunitas Aleut juga pernah menyusuri Jalan Braga yang merupakan salah satu objek wisata di Bandung yang penuh sejarah. Ya, Braga merupakan komplek pertokoan yang memiliki arsitektur dan tata kota yang tetap mempertahankan ciri arsitektur lama pada masa Hindia Belanda. Di daerah inilah anggota Komunitas Aleut bisa mengetahui tentang sejarah kejayaan Bandung tempo dulu.
Tak hanya jalan-jalan, komunitas ini juga mencoba untuk merangsang anggotanya belajar menulis apa saja yang mereka temukan selama melakukan aktivitas ngaleut bersama. Nah, untuk menambah kualitas tulisan anggota, Komunitas Aleut juga kerap menggelar workshop menulis dan memajang tulisan-tulisan anggotanya ke blog Aleut di https://aleut.wordpress.com.
"Kami ingin menambah wawasan sejarah, khususnya sejarah Bandung. Selain itu menambah skill menulis, public speaking, kesadaran sosial dan lain-lain. Itu yang saya rasakan sebagai pegiat Aleut. Kalo manfaat buat masyarakat ya mesti ditanya langsung ke masyarakat," jelas Teguh.
Komunitas Aleut sendiri kini sudah memiliki pengikut mencapai tigribuan di akun media sosial Instagram mereka di @KomunitasAleut. Untuk Twitter dan Facebook, ada dengan nama Komunitas Aleut, sedangkan blog di komunitasaleut.com.
Lalu, bagaimana caranya bila ingin bergabung dengan komunitas ini? Teguh menjawab hanya ada tiga langkah mudah. Pertama ikuti postingan media sosial mereka. Kedua, pantau informasi kegiatan komunitas lalu terakhir, konfirmasi untuk ikut dalam kegiatan selanjutnya. Dengan mengikuti tahapan-tahapan tersebut, maka Anda sudah menjadi bagian dari Komunitas Aleut. Mudah kan caranya!
Baca Juga: Perbaikan Kualitas Pendidikan di Perbatasan Bersama Komunitas Ini