Suara.com - Ukuran penis tidak menjadi masalah di Museum Phatologis Islandia. Museum ini menjadi rumah bagi koleksi penis terbesar di seluruh dunia, yang berasal dari ratusan spesimen binatang.
Penis dari berbagai ukuran binatang mulai paus, beruang, kuda, anjing laut, kucing, hamster hingga tikus terpampang di museum yang satu ini. Di pintu masuk, pengunjung akan disambut oleh lingga dari paus sperma, yang berukuran 1,7 meter dan bobot 75 kilogram.
Di Museum ini, terdapat pula spesimen manusia, yaitu seorang lelaki berusia 96 tahun. Ada juga surat dari orang-orang yang berjanji akan menyumbangkan tubuh mereka setelah mati, serta gips tim bola tangan pemenang medali perak Olimpiade, yang semua peninggalannya itu disemprotkan dengan perak.
Museum ini juga menyimpan koleksi 23 spesimen cerita rakyat, termasuk penis makhluk elf yang menyedihkan, tapi tidak terlihat jelas. Beragam artefak berbentuk penis juga menghiasi museum tersebut, seperti patung totem, telepon, hingga nampan.
"Konsep museum yang didedikasikan untuk penis dengan spesimen biologis ini sebenarnya menarik pengunjung. Museum ini juga menjawab keingintahuan umum," kata Thordur Olafur Thordarson, asisten kurator di museum itu.
Berawal dari candaan
Thordur Sigurdsson mengungkapkan, museum ini merupakan gagasan sang ayah, Sigurdur Hjartarson. Sebagai seorang sejarawan yang juga guru selama 37 tahun, Hjartarson membuka museum ini pada 1997, hanya dengan 62 spesimen.
"Museum ini awalnya didirikan pada tahun 1974 ketika saya mendapat pizzle, atau penis banteng. Kemudian saya tinggal di kota Akranes di pesisir barat daya, bekerja sebagai kepala sekolah di sebuah sekolah menengah. Beberapa guru saya dulu bekerja di musim panas di sebuah stasiun perburuan paus, dan setelah spesimen pertama, mereka mulai membawa saya penis paus, yang menggoda saya," kata Sigurdsson.
"Kemudian gagasan itu muncul secara bertahap, sehingga menarik lebih banyak spesimen spesies mamalia," sambungnya.
Pertama-tama, koleksi ini hanyalah penis binatang. Namun, bertahun-tahun berikutnya, ayah Sigurdsson mendapatkan donor penis manusia dari seorang pria Islandia berusia 96 tahun. Saat itu, lelaki tua ini mengaku takut kejantanannya akan mengkerut seiring dengan pertambahan umurnya.
Setelah koleksi semakin bertambah, dan peminat semakin banyak, lelaki yang sebelumnya bekerja sebagai manajer logistik itupun kini fokus mengelola museum yang terletak di Reykjavik, Islandia.
Menerima donasi
Dengan jumlah pengunjung yang semakin banyak dan penasaran selalu ingin melihat spesimen biologis yang dipajang di museum ini, koleksi museum terus bertambah.
"Kami secara teratur menerima sumbangan, terutama dari luar negeri saat ini. Sekitar dua bulan yang lalu, seorang teman lama museum menyajikan penis yang mengesankan dari zebra, yang juga dikenal sebagai zebra biasa," kata pengelola museum, Thordarson.
"Sumbangan baru selalu diterima, terutama dari spesies yang belum kita miliki. Belum lama ini, kami gembira dan bersiap untuk menerima penis singa, tapi rupanya itu dimakan di suatu tempat di jalan," sambungnya.
Berbeda dengan pengalaman museum tradisional yang terasa agak suram, pengunjung yang datang ke Museum Phatologis Islandia biasanya terus berjalan sambil menahan gelak tawa.
Ada banyak hal yang perlu dipelajari dalam perjalanan tentang sejarah penis, dan pengetahuan yang menarik di dalamnya. Misalnya, tahukah Anda bahwa gajah dapat menggunakan penis mereka untuk menggores daerah yang sulit dijangkau?
Bagi Thordarson, nilai museum ini bukan terletak pada erotika, tetapi pendidikan. Pengunjung favoritnya adalah anak-anak sekolahan. (Metro)