Suara.com - Kita semua tentu sudah mengetahui, bahwa mendapatkan pendidikan yang layak bagi setiap warga Indonesia adalah hal yang sudah diatur dalam undang-undang dan masuk dalam salah satu Hak Asasi Manusia (HAM).
Tapi, tahukah Anda, jika kenyataannya sampai saat ini, masih begitu banyak anak-anak yang belum mendapatkan pendidikan yang layak?
Kalimantan Utara menjadi salah satu bukti hal tersebut. Provinsi terbaru di Indonesia ini, menurut Divika, salah satu pencetus komunitas Kaltara, memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan, khususnya dalam sektor pendidikan.
Saat melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di berbagai desa, di daerah Malinau dan Nunukan Kalimantan Utara pada 2014 dan 2015, Divika tinggal di tengah masyarakat desa Kaltara yang sangat sederhana. Ia melihat dan observasi langsung berbagai masalah yang dihadapi masyarakat setempat.
Baca Juga: Ibu Melahirkan Butuh Dukungan, Komunitas Ini Tempatnya
"Sarana belajar dan buku minim. Jumlah guru sedikit. Gedung dan fasilitas yang tidak memadai membuat kami merasa harus bergerak melakukan kontribusi untuk pendidikan Kaltara," kisah dia pada suara.com.
Ia sadar, bahwa provinsi ini memerlukan banyak bantuan dari luar dan merasa terpanggil untuk ikut membantu Kaltara melalui sektor pendidikannya. Inilah yang menggerakkan kelima alumni Universitas Indonesia tersebut, yakni Divika, Hastin, Melly, Trini, dan Irfan, untuk membentuk komunitas Kaltara pada 2016.
Sejak saat itu, kelimanya fokus pada usaha perbaikan kualitas pendidikan perbatasan melalui pengiriman buku ke desa-desa dan kegiatan yang mendorong pemuda desa untuk mengenyam pendidikan tinggi.
"Kegiatan ini sangat terbantu sejak ada kebijakan Pustaka Bergerak yang menggratiskan ongkos pengiriman buku ke pelosok Indonesia," tambah dia.
Baca Juga: Komunitas Ini Ajak Anggotanya Makan Sambil Senang-senang