Suara.com - Demi mengenalkan pendidikan dan fasilitas belajar sains kepada anak-anak di Tanah Air, Firly Savitri lewat Ilmuwan Muda Indonesia (IMI) memboyong planetarium keliling berbagai kota Indonesia. Itu dilakukannya demi memopulerkan ilmu astronomi.
Pekerjaan sebagai peneliti, astronom, atau kosmolog terdengar kurang populer bila dibandingkan cita-cita sebagai dokter, polisi, atau pilot. Berlatar pendidikan sains, Firly menganggap salah satu penyebab kurangnya minat anak terhadap sains adalah tidak dikenalkan dengan cara fun. Selain itu, fasilitas belajar sains yang tersedia sangat minim.
"Aku Alhamdulillah sekolah dan berprestasi secara akademik di sekolah hingga dikirimkan ke seklah-sekolah terbaik di Indonesia. Walaupun ke sekolah terbaik di Indonesia, tetap saja tidak mendukung minat aku di sains untuk menekuni minat aku. Jadi ketika sudah SMA, science itu terlalu sulit untuk dipahami. Bukan aplikasi, experiment, padahal sains itu harusnya seperti itu. Akhirnya aku memang S1 di jurusan IPA psikologi klinis, paling itu yang masih meneruskan, cita-cita di bidang astrophysics tidak terfasilitasi," kata Firly kepada Suara.com, beberapa waktu lalu.
Berlandaskan pengalamannya itu, Firly bersama Kartika Oktorina, bersatu menggagas IMI pada Agustus 2014. Lewat IMI, dia ingin menebarkan "virus" sains kepada anak-anak sejak dini.
"Aku membayangkan ada banyak sekali ilmuwan di Indonesia yang seperti aku, semuanya gagal jadi ilmuwan. Mestinya mereka yang menemukan obat kanker mungkin, atau menemukan robot efisien di pabrik, bisa saja mereka punya potensi itu tapi karena di sekolahnya tidak difasilitasi, siapa sih yang bisa tiba-tiba jadi ilmuwan, kan semua harus mengalami pendidikan hingga akhirnya jadi ilmuwan," ujarnya.
Baca Juga: L'Oreal Indonesia Ajak Generasi Muda Belajar Sains di Sini
Dengan experience learning, belajar sambil praktek, pemilik nama lengkap Firly Istiyanti Savitri itupun fokus mengenalkan sains dengan cara mengalaminya langsung.
"Jauh beda sekali antara sains ditulis dihapal dengan dialami langsung, karena sains itu ilmu yang exciting, yang seru. Karena melakukannya kayak magic," imbuhnya.
Planetarium keliling
Mengetahui banyaknya kendala memelajari sains, Firly bersama IMI kini memopulerkan peraga belajar portable atau bisa dibawa ke mana-mana. Perempuan yang pernah menjadi dosen di Universitas Widyatama Bandung itupun menjelaskan peran IMI ialah, untuk membuat anak-anak 1-13 tahun mencintai sains sejak dini.
"Menariknya, alat peraga yang bisa dibawa keliling ini adalah planetarium," jelasnya saat menjadi salah satu profil Wardah Inspiring Movement.
Dengan planetarium keliling, perempuan kelahiran Bogor 23 Agustus 1981 itu berhara anak-anak Indonesia terpukau dengan alam, terinspirasi menjelajah, dan menemukan hal baru.
Baca Juga: Dukung Peneliti Perempuan, L'Oreal Buat Program Sains
"Kami pernah bertanya kepada murid SD yang cukup bagus di tengah kota, 'Laboratorium itu apa?'. Tidak ada yang tahu," ungkapnya.
Istri Stand Up Comedian Mosidik itu juga menjelaskan, awal mula mobile planetarium yang kini menjadi sarana menebarkan "virus" sains saat dibawa ke Pekanbaru, anak-anak menyambutnya antusias.
Sekitar 700 murid sekolah itu penasaran ingin tahu isinya. Di dalamnya, diputar film-film yang diproyeksikan 360 derajat ke permukaan dome setengah lingkaran. Mereka seolah berada di antariksa, melihat gugusan planet, dan bisa menyentuh bintang.
Selama hampir tiga tahun ini, IMI sudah menjelajah 20 kota di Indonesia, termasuk Tanjung Pinang, Jambi, Solo, Subang, Kayong di Kalimantan Barat, dan banyak lainnya.
"Jangankan daerah pelosok, di Jakarta saja kita masih menemukan sekolah dengan fasilitas minim," sesal ibu satu putra tersebut.
IMI juga kerap bekerja sama dengan yayasan sosial untuk membawa mobile planetarium ke kampung pemulung atau komunitas anak jalanan. Salah satunya di kawasan Rawamangun, Jakarta Timur.
Saat mereka merintis IMI pada 2014, jumlah planetarium di Indonesia baru empat. Sebagian tidak aktif beroperasi karena rusak. Dengan mobile planetarium, biaya pembuatan dan perawatannya jauh lebih murah, praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. ’
"Cuma satu harapannya, setiap provinsi punya satu mobile planetarium. Bisa jadi sarana untuk para guru makin mudah menjelaskan dan anak-anak punya experiential learning," tandasnya.
Hingga saat ini, lebih dari 52 ribu anak Indonesia yang menikmati "angkasa luar" dengan mobile planetarium ini.