Belimbur, Upacara Penyucian Diri Setelah Pelaksanaan Erau

Tomi Tresnady Suara.Com
Senin, 31 Juli 2017 | 08:20 WIB
Belimbur, Upacara Penyucian Diri Setelah Pelaksanaan Erau
Ngulur Naga, salah satu ritual adat yang menarik dan unik saat pelaksanaan Erau di Tenggarong (Antara Kaltim/Hayru Abdi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Belimbur juga harus dengan niat yang baik dan tak jarang apa yang diinginkan itu terkabulkan. Bupati Kutai kartanegara, Rita Widyasari menceritakan pada 2011, dirinya ingin agar kabupaten tersebut mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Berkat niat baik dan kerja keras, hal itu tercapai. Kini Kutai Kartanegara mendapatkan opini WTP selama lima tahun berturut-turut.

Mengulur naga Tradisi Belimbur, tak bisa dilepaskan dari Mengulur Naga, yakni tradisi melarungkan replika naga jantan dan betina sepanjang 16 meter ke Kutai Lama yang berada di Kecamatan Anggana, Kutai Kartanegara.

Konon menurut riwayat, naga tersebut awalnya ulat yang ditemukan sepasang suami-istri,Petinggi Hulu Dusun dan Babu Jaruma, saat membelah kayu kasau. Ulat kecil itu kemudian dipelihara dengan baik bak anaknya sendiri. Pasangan suami-istri berusia lanjut tersebut memang sangat menginginkan kehadiran anak.

Hari ke hari, bulan ke bulan dan tahun ke tahun, ulat itu membesar menjadi naga yang menakutkan masyarakat. Tak ingin menakutkan, naga tersebut kemudian meminta untuk dibuatkan tangga untuk merayap menuju Sungai Mahakam.

Baca Juga: 3.257 Rumah di Kutai Kartanegara Terendam Banjir

Naga tersebut menyelam, timbullah angin topan, air begelombang, hujan, guntur, dan petir bersahutan. Tak lama, permukaan sungai dipenuhi gelembung buih.

Setelah didekati, di gelembung buih itu terdapat bayi perempuan yang berbaring di dalam gong. Gong semakin meninggi dan nampaklah naga menjunjung gong berisi bayi tersebut.

Semakin lama, naga yang menjunjung bayi itu semakin tinggi dan nampaknya binatang aneh yakni Lembu Suwana menjunjung naga dan gong. Lembu Suwana dan Naga itu kemudian masuk ke dalam air dan tinggallah gong yang berisi bayi itu.

Menurut hikayat, anak itu dikemudian hari dikenal dengan Putri Junjung Buih atau Putri Karang Melenu yang merupakan ibu dari sultan-sultan Kutai Kartanegara.

Oleh karena itu, pada perayaan Erau selalu dilakukan acara Mengulur Naga. Sesampai di Kutai Lama yang merupakan tempat asal naga, badan naga dilarung sedangkan kepala dan ekornya dibawa ke istana.

Baca Juga: Banyak Kontrak Migas Yang Habis, Wabup Kutai Cemas Soal PHK

"Sedangkan kainnya yang menjadi pembungkus badan naga dibagikan ke masyarakat. Masyarakat di Kutai Lama berebut mengambil kain tersebut karena dipercaya sebagai pembawa keberuntungan," jelas Sri Wahyuni.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI