Dia menambahkan,"Sampai dua bulan saya kerja buat ongkos pulang kerja di proyek itu gaji pertama saya sebulan Rp 18.500,- tahun 2011."
Ada kalanya Sukiyana juga ingin tahu keadaan kedua orangtuanya di desa, dia kadang menelepon jika ada uang untuk beli pulsa, "Dulu kan belum punya pekerjaan (yang tetap), jadi ngutang dulu sama teman di rantau kalau nggak punya pulsa."
Kini, Sukiyana merantau di Surabaya, Jawa Timur di sebuah perusahaan Event Organizer untuk beasiswa dan konser.
Selain itu, Sukiyana, lewat aplikasi Yogrt juga menjalin banyak pertemanan, dia mendirikan komunitas khusus perantau dari desa Pringombo yang sekitar 20 persen warganya merantau.
Baca Juga: Bahaya! Bunuh Diri Menjadi Trend Warga di Gunung Kidul
Komunitas itu, kata Sukiyana sudah sekitar tiga tahun berdiri dan terus menjalin komunikasi via Yogrt. Malah, komunitas perantau Pringombo itu menyisihkan uang untuk acara di desa mereka.
"Saya yang mendirikan, saya yang bikin ada urutan pengurusnya juga. Saya yang bikin keluarga perantau dan alhamdulilah sampai sekarang masih kebentuk. Kurang lebih anggotanya ada 85 orang se-Indonesia," ujar Sukiyana.
Karena itulah, juri Yogrt bersama co-founder Jason Lim dan Head of Marketing Yogrt Damayantri Permata Arif sepakat mengangkat cerita Sukiyana sebagai pemenang setelah sebelumnya sempat masuk sebagai lima finalis teratas.
Karena hal itu pula banyak teman yang mendukung cerita Sukiyana yang dianggap layak jadi pemenang.
"Terima kasih. Mungkn ini jawaban dari Allah selama saya merantau, bisa ngumpulin warga, pestain warga, dan ketemu orangtua" katanya bersyukur.
Baca Juga: Nenek Asal Gunung Kidul Nangis, Hampir Pingsan Tahu Ahok Dihukum
Pahlawan Kampung Pringombo, begitu sebutan warga desa buat pemuda yang masih belum berkeluarga itu. Sukiyana berhasil membuat pesta halal bihalal di kampungnya untuk empat ribuan orang secara gratis.