Suara.com - Kehidupan yang serba modern seperti saat ini, generasi muda seakan mulai meninggalkan berbagai hal yang berbau tradisi dan beralih pada hal-hal kekinian yang dianggap lebih keren.
Namun ternyata ini tidak berlaku ketika mereka memilih tema pernikahan. Untuk hari spesial ini, kata Heru Pujihartono Pimpinan Nendia Primarasa Katering dan Jasa Pernikahan, permintaan pernikahan tradisional masih jauh lebih banyak dibandingkan pernikahan internasional, khususnya bagi calon pengantin yang masuk dalam generasi millenial.
Karena itulah, dalam setiap acara pameran pernikahan, Nendia Primarasa selalu menarik para calon pengantin yang datang dengan dekorasi megah dan unik ala pelaminan tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.
"Untuk di acara Gebyar Pernikahan 2017 pada 21-23 Juli di Balai Kartini ini, booth Nendia Primarasa mengusung tema Keraton Ngayogyakarta. Tema tradisional, makanan tradisional memang lebih diminati," kata Heru saat suara.com temui di Jakarta, Kamis (20/7/2017).
Pernikahan tradisional seperti ala Keraton Ngayogyakarta, lanjut dia, dinilai lebih terasa sakral dan penuh dengan prosesi adat yang disenangi oleh kaum muda.
Memilih konsep pernikahan tradisional, kata Heru, juga lebih membuat mereka merasa benar-benar menjadi raja dan ratu sehari, dibandingkan pesta pernikahan internasional.
Apalagi, beberapa prosesi pernikahan tradisional juga erat dengan filosofi dalam membangun sebuah keluarga agar langgeng, dan hingga akhir hayat.
"Kita berusaha mengakomodir jika calon pengantin ingin menggunakan prosesi adat, sebelum sampai sesudah pernikahan seperti siraman, tantingan midodareni," ungkap Heru.
Tak hanya itu, saat ini pesta pernikahan tradisional juga mulai banyak digelar dengan suasana baru, seperti di pesta kebun. Menurut Heru, ini adalah pilihan yang tepat bagi mereka yang tetap ingin tradisional namun memiliki dekorasi yang lebih modern.
Baca Juga: Bila Ini yang Terjadi, Itu Tanda Anak Kecanduan Gula