Jarang Terjadi, Karyawan Ini Izin Cuti Pulihkan Kondisi Mentalnya

Rabu, 12 Juli 2017 | 15:17 WIB
Jarang Terjadi, Karyawan Ini Izin Cuti Pulihkan Kondisi Mentalnya
Ilustrasi karyawan cuti. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gangguan mental selama ini dianggap sebagai stigma negatif. Beda halnya jika Anda mengidap gangguan kesehatan fisik yang cenderung lebih mudah mengundang empati orang lain.

Namun kejujuran yang dimiliki Madalyn Parker, karyawan bagian web developer di Olark Live Chat terhadap kondisi mental yang dialaminya justru mendapat apresiasi dari sang CEO, Ben Congleton.

Ya, sebelumnya Parker mengirim pesan elektronik ke rekan-rekan kantornya pada akhir Juni lalu, bahwa dirinya akan beristirahat dari pekerjaan di kantor selama dua hari untuk meningkatkan kesehatan mentalnya.

"Semoga minggu depan saya sudah kembali bugar 100 persen," tulis Parker dalam surel tersebut dilansir Foxnews.

Hal ini tentu jarang dilakukan karyawan di perusahaan manapun. Untuk itu, CEO Ben Congleton langsung membalas surel Parker dan berterima kasih padanya, karena telah menyadarkannya bahwa menjaga kesehatan mental sangat penting.

"Saya secara personal ingin berterima kasih pada kamu karena mengirim email seperti ini. Saya akan menggunakannya sebagai pengingat bahwa penting menggunakan hak cuti untuk memulihkan kesehatan mental. Saya tidak percaya, praktik seperti ini belum menjadi standar di semua organisasi," jawab Congleton.

"Anda adalah contoh bagi kita semua, untuk membantu memotong stigma sehingga kita semua bisa mengerahkan diri kita untuk bekerja," tambah dia.

Parker pun membagikan percakapan via surel ini melalui akun Twitternya. Sontak saja sejak 30 Juni lalu, cuplikan percakapan Parker dan bosnya telah dibagikan ulang sebanyak 11 ribu kali.

Congleton pun dipuji oleh beberapa pengguna Twitter, karena responnya yang sangat bijak sebagai seorang atasan. Apalagi, data menunjukkan bahwa satu dari lima orang dewasa di Amerika Serikat mengalami gangguan kejiwaan setiap tahunnya.

Kira-kira bagaimana kalau hal ini terjadi di Indonesia ya? Akankah para atasan memberikan apresiasi yang sama seperti Congleton.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI