"Bicara tentang aspek kehilangan atau keguguran justru bisa membuat mereka semakin parah seperti 'segala sesuatu terjadi karena suatu alasan', atau yang lebih buruk lagi adalah nasihat dengan perintah implisit untuk melihat sisi terang dari keguguran mereka, seperti 'paling tidak Anda tahu Anda bisa hamil' atau 'paling tidak Anda sudah memiliki satu anak'," kata Metten.
Anda tak mungkin kan, datang ke pemakaman ibu dari seorang teman, dan berkata "paling tidak anda sudah punya ibu?" untuk menghiburnya?
3. Pahami bahwa kesedihan itu tidak linier
Duka tidak datang dalam sesuatu yang besar lalu akan berkurang seiring berjalannya waktu. Bisa saja perasaan sedihnya tiba-tiba datang atau tiba-tiba saja surut. Pada beberapa orang, perasaan sedih bahkan akan terasa lebih lama daripada yang lain.
Jadi, kata Laura Garland, co-director LA Doula Project, jika Anda sedang membantu seseorang untuk sembuh dari rasa kehilangan karena keguguran, jangan mencoba mempercepat prosesnya atau berpura-pura bahwa kehilangan itu tidak ada.
Baca Juga: Resep Kue Nastar Ini Cocok untuk Penderita Diabetes
Belum lagi, kata Metten, dukungan dari pihak luar mungkin akan mulai berkurang seiring berjalannya waktu. Sebagai pasangannya, cobalah untuk selalu berusaha menjadi teman dekat atau anggota keluarga yang berada terus di sampingnya.
4. Bicarakan tentang keguguran yang pernah Anda alami
Survei tentang keyakinan pada perempuan pasca keguguran tahun 2015 menemukan bahwa 28 persen peserta penelitian yang pernah keguguran merasa tidak sendirian karena mereka belajar tentang kehilangan dari pengalaman selebriti yang pernah mengalami keguguran juga.
Jumlah ini melonjak hingga 46 persen ketika teman mereka sendiri yang menceritakan kisah keguguran mereka.
Diperkirakan satu dari empat kehamilan berakhir keguguran. Tapi meski keguguran adalah hal yang sangat umum, perempuan dan pasangan yang pernah memiliki pengalaman ini, tidak merasa sendiri karena mereka mengetahui bahwa ada banyak pasangan lain yang pernah mengalami keguguran kandungan seperti mereka.
Baca Juga: Mengenal Pernikahan Humanis, Seperti Apa?