Suara.com - Dikatakan, perempuan cenderung memiliki mutasi gen yang dapat 'membaca pikiran' dan memberi mereka kemampuan membaca pikiran serta emosi seseorang hanya dengan melihat mata mereka.
Semua ini diungkap para ilmuwan di University of Cambridge Inggris dengan melakukan tes empati kognitif yang disebut Uji 'Membaca Pikiran di Mata' pada 89.000 orang di seluruh dunia.
Sebelumnya, Studi ini menunjukkan bahwa orang dapat dengan cepat menafsirkan apa yang dipikirkan atau dirasakan orang lain dengan melihat mata mereka sendiri. Periset menemukan bahwa rata-rata skor perempuan lebih baik pada tes tersebut dan mengidentifikasi varian genetik pada perempuan yang terkait dengan kemampuan "membaca pikiran di mata".
Selain itu, pada penelitian sebelumnya juga telah menemukan bahwa orang dengan autisme dan anoreksia cenderung lebih rendah pada Tes Mata. Tim menemukan bahwa varian genetik yang berkontribusi terhadap skor yang lebih tinggi pada Tes Mata juga meningkatkan risiko anoreksia, tapi bukan autisme.
Baca Juga: Awas, Gigi Tanggal Bisa Jadi Tanda Gangguan Kognitif
Mereka berspekulasi bahwa ini mungkin terjadi karena autisme melibatkan ciri sosial dan non-sosial, dan tes ini hanya mengukur sifat sosial.
"Ini adalah studi terbesar tentang tes empati kognitif di dunia. Ini juga merupakan studi pertama yang mencoba mengkorelasikan kinerja pada tes ini dengan variasi genom manusia," kata Varun Warrier, seorang mahasiswa PhD di Cambridge.
Menurutnya, ini adalah langkah maju yang penting bagi bidang ilmu saraf sosial dan menambahkan satu bagian lagi ke teka-teki yang dapat menyebabkan variasi dalam empati kognitif.
"Studi baru ini menunjukkan bahwa empati sebagian dipengaruhi genetik, tapi kita tidak boleh melupakan faktor sosial penting lainnya seperti asuhan dini dan pengalaman pascakelahiran," kata dia.
Sementara itu, Simon Baron-Cohen, dari Universitas Cambridge di Inggris mengungkapkan rasa senangnya atas penemuan baru ini.
Baca Juga: Game Virtual Reality Bisa Deteksi Gangguan Kognitif
"Dan sekarang menguji jika hasilnya bereplikasi, dan mengeksplorasi secara tepat apa varian genetika di otak, untuk menimbulkan perbedaan individual dalam empati kognitif," ujarnya. [Zeenews]