Suara.com - Batik Meski sudah termasuk sebagai Budaya Tak Benda Warisan Manusia oleh Unesco, masih banyak masyarakat belum mengenal batik lebih dalam sebagai salah satu warisan budaya bangsa.
Padahal, kata Nita Kenzo, Founder Galeri Batik Jawa Indigo, mengetahui segala hal tentang batik dapat membuat kita melihat salah satu wastra Nusantara ini dari sisi yang lebih baik. Selain itu, bisa memberikan efek lebih besar terhadap para pembatik Indonesia di pasar domestik maupun mancanegara.
"Batik nilai luhurnya itu tradisi. Bisa melalui prosesnya, motifnya, filosofinya. Orang harus tahu maknanya sebelum membelinya, bukan hanya melihat dari motifnya yang bagus saja," kata dia dalam talk show bertajuk "Khasanah Batik Pesona Budaya" bersama BCA, belum lama ini.
Dalam kesempatan sama, Direktur Edukadi & Ekonomi Kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Poppy Savitri mengungkapkan, sebagai hasil dari karya seni asli dan kain peradaban, batik memiliki makna filosofis yang terkandung dalam setiap motif, desain, dan teknik pewarnaan yang melambangkan kearifan lokal bangsa Indonesia.
"Membatik itu kerjaan yang sangat luar biasa, jarang ada anak muda yang tertarik membatik, karena prosesnya cukup lama dan rumit. Makanya pembatik saat ini sudah tua-tua, karena sudah ditinggalkan anak muda," ungkapnya.
Hal inilah, kata dia yang harus diubah. Generasi muda harus menyadari batik merupakan industri yang menjanjikan. Bahkan, menurut dia, nilai ekspor batik pada tahun 2015 saja mencapai USD178 juta atau meningkat sebesar 25,7 persen dibandikan tahun sebelumnya. Pasar ekspor utama batik Indonesia antara lain, Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.
Karena itu, sebagai tulang punggung perekonomian nasional, beragam inisiatif dilakukan Bekraf seperti membuat Ekosistem Desa Kreatif dan Desa Wisata Binaan yang juga diusung BCA, untuk menyediakan wadah bagi peningkatan kualitas para pengrajin Batik.
Selain itu, lanjut Nita, agar batik bisa lebih dikenal dunia internasional, peran pemerintah sangat penting dalam mempromosikan batik.
"Indonesia harus lebih sering membawa batik dalam setiap misi budayanya. Sepeti Jepang dengan kimononya atau Korea dengan K-popnya. Karena itu semua sebenarnya ada campur tangan peran pemerintah yang mengenalkan ke luar," ujar dia.
Namun, yang harus diingat adalah, bawalah batik tradisional ke luar negeri, jangan kain batik printing agar di mata internasional kita tetap konsisten.
"Kita harus kuat dengan batik tradisional. Identitas Indonesia dengan batik itu kuat sekali. Apalagi banyak motif tradisi yang secara umum dikenal di luar. Apalagi kalau kita kembalikan ke warna alam. Tidak ngejreng, tapi justru membumi," tutup dia.
Biar Batik Terus Dikenal, Lakukan Ini
Kamis, 25 Mei 2017 | 12:48 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Potret Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Resmikan Restoran Le Nusa di Jakarta, Serasi Kenakan Batik Rancangan Desainer
15 November 2024 | 16:58 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
Lifestyle | 22:36 WIB
Lifestyle | 21:11 WIB
Lifestyle | 21:00 WIB
Lifestyle | 20:52 WIB
Lifestyle | 20:00 WIB
Lifestyle | 19:53 WIB
Lifestyle | 19:30 WIB