Suara.com - Produk ramah lingkungan yang kini mulai diminati oleh banyak masyarakat di seluruh dunia, menjadikan batik Indigo dari Yogyakarta semakin dikenal.
Pendiri Galeri Batik Jawa Indigo Nita Kenzo mengatakan bahwa batik Indigo adalah batik yang proses pewarnaannya menggunakan daun nila atau Indigofera tinctoria.
Sehingga batik-batik yang dihasilkan memiliki warna biru alami. Saat ini, kain batik indigo juga banyak digunakan untuk berbagai model pakaian yang lebih modern dan kekinian.
"Ini yang membuat Galeri Batik Jawa menggunakan tanaman indigofera dalam pembuatan batiknya. Kami mencoba mengembalikan batik ke pewarna alam, dan terbukti di Eropa, batik Indigo mulai banyak digandrungi karena mereka senang produk go green," ungkap Nita yang juga pendiri Galeri Batik Jawa saat talkshow bertajuk "Khasanah Batik Pesona Budaya" bersama BCA, Selasa (23/5/2017).
Baca Juga: Cari Oleh-oleh Tanjungpinang? Batik Motif Keong Gonggong Aja
Sebenarnya, lanjut dia, penggunaan warna alam, khususnya indigofera sudah digunakan sejak dulu, saat Indonesia masih dijajah Belanda. Sayangnya, pemanfaatan pasta indigofera ini di ekspor ke luar negeri, dan tidak digunakan di negara kita sendiri.
Untuk terus memproduksi kain batik indigo, kata Nita, Galeri Batik Jawa pun bekerja sama dengan para petani tanaman indigofera, sehingga membuka pekerjaan baru bagi petani yang mau menanam indigofera.
"Saat ini di dunia international, sudah ada anjuran untuk tidak lagi menggunakan pewarna yang bersifat sintetis, karena bisa merusak lingkungan, sehingga produk ramah lingkungan pun makin diminati. Inilah kesempatan Indonesia untuk mengenalkan batik Indigo," tambahnya.
Tak hanya proses pewarnaannya yang unik, dengan adanya proses batik yang rumit, penuh makna dan filosofi, kental akan nilai-nilai budaya, batik Indigo bisa menjadi nilai lebih dari produk batik Indo ke depannya.
Baca Juga: Kolaborasi Budaya dalam Batik Iwan Tirta