Meriam di Istana Ini untuk Menembak Kuntilanak

Selasa, 23 Mei 2017 | 06:53 WIB
Meriam di Istana Ini untuk Menembak Kuntilanak
Istana Kadriah (Suara.com/DInda)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pontianak, Kalimantan Barat, rasanya menjadi destinasi yang pas jika Anda tertarik menelusuri sejarah Melayu di Indonesia.

Di Bumi Khatulistiwa ini, kita bisa menjumpai beberapa istana peninggalan keraton Melayu, termasuk Istana Kadriah yang masih berdiri megah dan kokoh. Istana Kadriah dapat disebut istana Melayu terbesar yang berada di wilayah tersebut.

Istana yang merupakan peninggalan kesultanan Melayu ini terletak tepat di persimpangan sungai, yakni Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas. Posisinya yang dekat dengan pusat Kota Pontianak, memudahkan para wisatawan yang ingin mengunjunginya.

Anda akan dihadapkan dengan sebuah pelataran yang luas saat memasuki kompleks Istana Kadriah. Dari jauh, bangunan megah berwarna kuning yang 'eye catching' seakan menyambut semua pengunjung yang datang.

Sama seperti keraton-keraton Melayu lainnya yang ada di Kalimantan Barat, para pengunjung dapat menemukan senjata meriam di halaman depan istana ini. Selain untuk alasan keamanan, meriam juga dipakai untuk menembak hantu kuntilanak, sebagai cikal-bakal lahirnya Kota Pontianak.

Menurut cerita masyarakat setempat, Syarif Abdurrahman Alkadrie yang datang ke Pulau Kalimantan untuk menyebarkan agama Islam, menyisiri Sungai Kapuas sepanjang 1.100 meter. Dalam perjalanannya ini, dia sering diganggu oleh hantu kuntilanak.

Dari nama kuntilanak itulah nama Pontianak berasal, di mana masyarakat Pontianak sering menyebut kuntilanak sebagai hantu Puntianak.

Baca Juga: Pelesir Pontianak, Yuk ke Tugu Khatulistiwa!

Kembali ke Istana Kadriah, beberapa anak tangga menuntun setiap pengunjung untuk memasuki bangunan tersebut. Setelah melepas alas kaki dan meletakkannya di anak tangga, saya pun disambut oleh seorang pemandu yang masih keturunan Syarif Abdurrahman Alkadrie.

Memasuki bagian balairung istana, yang sering digunakan untuk menjamu tamu, dari dulu sampai saat ini, pengunjung bisa melihat foto-foto Sultan Pontianak yang pernah berjaya di masanya, lengkap dengan lambing kesultanan, lampu hias, hingga singgasana untuk sultan dan permaisuri.

Beberapa ruangan pribadi milik keluarga kesultanan juga dibuka untuk umum, meski terdapat beberapa larangan ketika pengunjung luar memasukinya.

Istana ini juga masih memiliki koleksi benda- benda bersejarah yang cukup lengkap seperti beragam perhiasan yang digunakan secara turun temurun, benda-benda kuno seperti benda pusaka dan artefak, barang pecah belah, hingga foto keluarga Sultan.

Sambil berkeliling, Mahmud menjelaskan, istana ini sudah dibangun sejak tahun 1771 oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie yang berasal dari Kerajaan Mempawah. Bangunan ini baru selesai pada 1778 dan hingga kini tetap berdiri megah.

Tak lama setelah Keraton selesai dibangun Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadrie di nobatkan sebagai sultan pertama Kesultanan Pontianak. Sampai saat ini, menurutnya sudah ada delapan keturunan sultan yang dilantik.

"Sultan Syarif Abubakar Alkadrie adalah sultan yang ke delapan. Beliau baru saja wafat kurang lebih 50 hari yang lalu. Nantinya, posisi beliau akan digantikan oleh anaknya, namanya Pangeran Syarif Machmud Alkadrie. Dia akan menjadi sultan kesembilan yang diangkat dua minggu setelah lebaran," kisah Mahmud.

Meski sudah tidak ditempati oleh para Sultan dan keluarganya, namun kata dia, semasa hidupnya, hampir setiap hari a rutin menyambangi istana tersebut. Dan kini, kebiasaan itu diteruskan oleh pangeran Syarif Machmud Alkadrie yang akan segera dilantik menggantikan ayahnya.

Nah, kalau terus memasuki hingga bagian belakang istana ini, pengunjung akan menemukan sebuah ruangan cukup besar yang dijadikan lokasi menyimpan benda bersejarah Kesultanan Pontianak. Mulai dari senjata, pakaian kebesaran sultan dan permaisuri, hingga perhiasan yang dipakai secara turun-temurun.

Tertarik mengunjungi bangunan yang kental dengan nilai sejarah ini? Pihak Istana Kadriah tak memungut biaya untuk Anda, alias gratis.

Untuk mengunjunginya, Anda bisa menggunakan transportasi darat ataupun sungai. Jika menggunakan jalur darat anda dapat menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat, sedangkan jika menggunakan jalur sungai anda dapat menggunakan perahu atau speedboat dari pelabuhan Senghie.

Di beberapa lokasi juga tersedia layanan alat transportasi air yang dapat digunakan jika pengunjung ingin mengitari Istana Kadriah melalui Sungai Kapuas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI