Suara.com - Belum mampir ke Raminten, berarti Anda belum sah ke Yogyakarta. Begitulah anggapan yang diyakini para pelancong ketika menjejakkan kaki ke Kota Pelajar ini.
Itu pula yang membawa saya mengunjungi House of Raminten, sebuah kafe yang menjadi salah satu ikon kota Yogyakarta.
Semerbak wangi dupa begitu menyeruak sesampainya di restoran yang tak jauh dari pusat perbelanjaan Malioboro, tepatnya berada di jalan FM Noto No. 7, Kotabaru, Gondokusuman.
Deretan kursi tunggu yang biasa kita temui di bandara menjadi pemandangan pertama saat memasuki restoran ini. Kursi-kursi itu ternyata area 'waiting list' saat restoran sedang kebanjiran pengunjung.
Di depan restoran, tampak sebuah patung besar menyerupai perempuan tambun berwajah lelaki dengan pakaian adat jawa, sanggul, dan make up tebal menjadi ikon dari House of Raminten.
Baca Juga: Aksi Pro Ahok di Yogya Tegang, Polisi Lepas Tembakan Peringatan
Menurut Bayu, salah satu pelayan, model ini merupakan pewujudan tokoh Raminten, salah satu tokoh sitkom di Jogja TV.
Dia adalah Hamzah, sang pemilik sekaligus sosok yang ada di balik model Raminten. Selain bergerak di bidang kuliner, Hamzah juga memiliki bisnis di bidang fesyen, yakni gerai Mirota di kawasan Malioboro.
Aura mistis terasa ketika saya mendapati beberapa sudut restoran dihiasi sesajen. Ada pula dua buah kereta kencana lawas yang terparkir di area luar restoran.
Masuk ke bagian dalam, ada bagian pendopo yang dijadikan tempat lesehan. Di sisi pendopo lainnya, terdapat kursi berbentuk melingkar. Konon, mulanya restoran ini ditujukan sebagai warung jamu untuk anak muda.
Seiring berjalannya waktu, pengunjung semakin meningkat, sehingga berubahlah konsep warung jamu menjadi kafe bernuansa tradisional.