Ratusan siswa-siswi SD I Polowijen, Kota Malang tampak berbaju adat Nusantara. Mereka yang didampingi para guru tengah berkunjung ke Kampung Budaya Polowijen.
Penggagas Kampung Budaya Polowijen, Ki Demang yang menerima rombongan, mengatakan, siswa-siswi bisa melihat perubahan yang terjadi di kampung Budaya polowijen, sebuah pemukiman yang sebelumnya kumuh, kini tertata rapi, asri dan menyuguhkan pemadangan yang unik.
Ki Demang menuturkan, semua rumah eksteriornya terbuat dari bambu dan rumput alang-alang dengan dihiasi topeng dan batik. Tiap rumah depan terdapat beberapa gazebo yang dibangun di atas aliran sungai.
Baca Juga: Kartini Cilik' Kunjungi Situs Ken Dedes, Agar Tak Lupa Sejarah
"Sungguh langka pemandangan di kota Malang meskipun Polowijen berada di wilayah pinggiran," terang Ki Demang di Polowijen, Malang, Jawa Timur, Sabtu (22/4/2017).
Ki Demang juga mengatakan, di Kampung Budaya Polowijen ada kegiatan rutin, seperti senam sehat tiap minggu pagi, latihan menari topeng bersama, latihan kriya batik, dan latihan kriya topeng kayu.
"Siswa-siswi silakan jika ingin gabung di kegiatan Kampung Budaya Polowijen," ujarnya.
Gayung bersambut, kepala sekolah SDN I Polowijen, Ana Nuz’miah, S.Pd merespon ajakan Ki Demang supaya siswanya ikut terlibat dan belajar mengembangkan seni tradisi dan kebudayaan di Polowijen. Ana pun akan mewajibkan siswa kelas 3, 4, dan 5 ikut belajar dan latihan tari topeng Malang tiap minggu.
"Kami bertekad bekerjasama dengan Kampung Budaya Polowijen untuk menciptakan SD tematik, sebuah SD yang mempunyai keunggulan dari sisi seni dan budaya," kata Ana.
Ketua Komite Sekolah, Riyanto menyambut positif pengembangan program Kampung Budaya Polowijen dengan kerjasama antara sekolah, warga masyarakat, dan Kampung Budaya Polowijen. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran dan menggugah generasi muda sejak mulai dari anak-anak agar tumbuh kecintaan terhadap seni tradisi yang mulai pupus.
"Dengan kartinian di Kampung Budaya Polowijen, setidaknya memperlihatkan pada anak-anak pentingnya belajar kesenian dan kebudayaan," tukasnya