“Sementara saya sendiri ingin belajar menjadi guru, agar dapat menngajarkan kepada calon ibu, ilmu pengetahuan, pengertian kasih dan keadilan seperti yang kami ketahui dari orang-orang Eropa.”
Pada surat yang lain, tanggal 6 November 1899, Kartini mengatakan jika ia tidak dapat menjadi apa yang ia inginkan, ia akan menjadi koki saja. Kartini berpikir bahwa di mana pun koki yang bagus akan selalu dibutuhkan. Saat itu, meski berada di dalam lingkungan keluarga ningrat, Kartini tidak merasa rendah diri dengan profesi juru masak atau koki yang saat itu masih relatif baru dikenal.
Mendirikan Sekolah dan Bengkel Ukir Kayu
Selain memperjuangkan emansipasi wanita dengan membentuk sekolah untuk perempuan, Kartini juga mendirikan sebuah Bengkel Ukir Kayu di Rembang. Kriya ukir dan kayu memang telah lama menjadi tulang punggung perekonomian Kabupaten Jepara dan Rembang, Jawa Tengah.
Pendirian bengkel ukir kayu ini membuktikan Kartini cukup memberikan perhatian kepada pendidikan ketrampilan bagi perempuan, tidak hanya pendidikan umum saja.
Tidak Mengandalkan Asal Usul Keluarga dan Keturunan
Kartini meninggal dunia dalam usia yang relatif muda 25 tahun, meninggalkan satu orang anak bernama Soesalit Djojoadhiningrat. Kematian Kartini yang mendadak, empat hari setelah melahirkan, membuat keluarganya berkabung sehingga menamakan anaknya Soesalit. Artinya si kecil Soesalit memasuki memasuki masa sulit sebab tidak merasakan lagi kehangatan pelukan ibunya.
Kelak anaknya Kartini, Soesalit, berkarir sebagai anggota militer hingga menjadi menjabat sebagai Kolonel hingga Mayor Jenderal sebagai Panglima Divisi III Diponegoro Jawa Tengah pada 1946-1948. Anak semata wayang Kartini itu meninggal pada 1962.
Keturunan Kartini diketahui secara luas hanya sampai Soesalit dan putranya Boedhy Setia Soesalit yang juga berarti cucu satu-satunya Kartini. Salah satu pesan Soesalit kepada Boedy agar hidup sederhana tanpa mengklaim status atau haknya sebagai keturunan Kartini. Prinsip ini sebagaimana diajarkan oleh Kartini untuk tidak membanggakan asal usul keturunan, karena Kartini menentang masyarakat feudal yang selalu melihat asal usul keturunan dan keluarga.
Artikel ini bekerjasama dengan Halomoney.co.id