4 Pelajaran Mengharukan dari Kartini buat Generasi Milenial

Angelina Donna Suara.Com
Sabtu, 22 April 2017 | 19:15 WIB
4 Pelajaran Mengharukan dari Kartini buat Generasi Milenial
Sejumlah murid SD dan TK Iganatius Menteng melakukan karnaval di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/4).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setiap 21 April, masyarakat Indonesia merayakan hari lahir Kartini, perempuan yang lahir di Jepara, Jawa Tengah, tahun 1879 atau 138 tahun silam.

Kartini dikenal sebagai perempuan Indonesia yang memiliki gagasan modern tentang perempuan Indonesia. Gagasan Kartini diketahui luas setelah surat-suratnya kepada sahabatnya di Belanda, diterbitkan menjadi buku tahun 1911 oleh Abendanon, Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda.

Gagasan Kartini di buku itu cukup mengejutkan masyarakat pada masanya, dan sebagian besar masih relevan hingga hari ini, termasuk bagi generasi milenial yang sedang giat membangun karir atau merintis usaha.

Berikut ini beberapa kisah tentang Kartini yang bisa menjadi inspirasi buat generasi milenial, disarikan Halomoney.co.id dari berbagai sumber.

Sekolah Hanya Sampai Usia 12 Tahun, Jago Bahasa Belanda
Kartini hanya bersekolah formal sampai usia 12 tahun. Saat itu Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School), sekolah dasar pada masa Hindia Belanda untuk warga Eropa, keturunan timur asing dan pribumi dari tokoh terkemuka, yakni dari keluarga ningrat Jawa yang menjadi kepala daerah saat itu.

Saat bersekolah formal di ELS, Kartini bisa menguasai bahasa Belanda dengan fasih, mengingat bahasa Belanda menjadi pengantar di sekolah tersebut. Tetapi setelah usia 12 tahun, Kartini harus banyak berdiam di rumah sebelum dinikahkan alias dipingit. Namun penguasaan bahasa asing, yakni Belanda, selanjutnya sangat membantu Kartini dalam mengembangkan diri dan menemukan jati dirinya.

Banyak Membaca dan Belajar Otodidak
Selama dalam “penjara” di rumah selama empat tahun, Kartini justru banyak memanfaatkan waktunya dengan membaca, belajar dan menulis.  Dengan kemampuan berbahasa Belanda yang cukup, Kartini banyak menambah wawasan dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa yang tersedia di rumahnya.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief. Ia juga menerima leestrommel (paket majalah) yang diedarkan toko buku kepada langganan. Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian sambil membuat catatan.

Dari bacaan-bacaan itulah Kartini tertarik pada masalah-masalah yang dihadapi perempuan Indonesia dan masalah sosial secara umum. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat perempuan pribumi saat itu berada pada status sosial yang rendah.

Ingin Jadi Guru atau Koki 
Cita-cita Kartini ialah menjadi guru agar dia bisa mengajarkan ilmu pengetahuan ketrampilan kepada para perempuan. Cita-cita ini diketahui dari suratnya pada awal tahun 1900. Kutipannya:

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI