Punya Bos "Rese" Bisa Bikin Anda Bahagia?

Senin, 17 April 2017 | 13:45 WIB
Punya Bos "Rese" Bisa Bikin Anda Bahagia?
Ilustrasi stres akibat atasan yang menyebalkan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Suasana kerja bisa sangat menimbulkan stres, karena banyak faktor. Pasalnya, kerja adalah dunia yang menantang dan ada banyak contoh atau situasi di mana Anda harus benar-benar bekerja dan berusaha untuk membuktikan sesuatu.

Namun, dari segala macam hal yang dapat membuat stres di tempat kerja, ada satu hal yang pasti bikin pusing yaitu, bila memiliki bos yang "rese" alias menyebalkan.

Seorang bos atau atasan yang sulit dipahami dapat membuat hari-hari di kantor lebih sibuk, karena tuntutan dari atasan tidak pernah berakhir bahkan kadang-kadang, akan sangat membebani Anda.

Namun tahukah Anda bahwa kelelahan emosional akibat ribetnya punya bos "rese" ternyata malah bisa berbalik baik bagi Anda.

Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti termasuk dari University of East Anglia di Inggris, melakukan tiga studi lengkap yang melibatkan total 500 karyawan di Portugal dan Amerika Serikat. Para responden penelitian memiliki latar belakang beragam termasuk manajemen, arsitektur dan teknik, bisnis, operasi keuangan, administrasi perkantoran, pedagang, pendidikan serta kesehatan.

Studi menggunakan langkah-langkah berbeda pada peserta untuk menjawab dan menyelesaikan kuesioner mulai dari masalah kelelahan emosional, kebahagiaan dan pengawasan.

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa pengawasan dari atasan dapat merangsang keterlibatan karyawan dalam mengembangkan rencana dan aksi sebagai aktivitas mencari nasihat, dukungan atau informasi dari orang lain.

"Persepsi dukungan dari atasan tampaknya menjadi pedang bermata dua, di satu sisi mencegah munculnya kelelahan emosional, tetapi di sisi lain mengurangi kemungkinan bahwa karyawan akan terlibat dalam perencanaan untuk menangani kelelahan emosional yang mereka alami," kata Ferreira Peralta dari University of East Anglia dilansir Zeenews.

"Sangat penting untuk dicatat bahwa bukan kelelahan emosional yang penting, melainkan bagaimana orang mengatasinya dan bermanfaat bagi dirinya," tambah Peralta.

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Work and Stress.

 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI