Terkadang, Pang merasa khawatir saat sang putri mulai bertanya, kenapa kedua orang tuanya tidak pernah berpelukan atau ciuman satu sama lain. "Saya telah habis pikir untuk menjelaskannya," ujarnya beterus terang.
Dia dan mantan suaminya memutuskan perpisahan secara baik-baik dan keduanya menganggap sebagai teman biasa sehingga mereka tidak menghadapi persoalan seperti mantan pasangan suami-istri lainnya.
Su, salah satu contoh yang tidak beruntung. Masalah keuangan menjadi ujung pangkal persoalan antara dia dan mantan istrinya.
Saat sudah tidak lagi menjadi teman sekamar, mereka bingung siapa yang membayar asuransi, rekening listrik, dan keperluan lainnya. Oleh sebab itu, mereka memutuskan beban ditanggung masing-masing dalam jumlah yang sama.
Mereka juga menerapkan aturan penggunaan kamar yang berbelit. Sebagai contoh, Su dilarang mencuci piring setelah makan dan mengambil apa pun dari dalam kulkas. Dia harus mengajukan permintaan terlebih dahulu sebelum memakan sesuatu yang tidak dibeli dengan uangnya sendiri.
"Saya berusaha lebih perhatian agar tinggal di rumah lebih mudah dan lebih menyenangkan," ujarnya.
Sisa-sisa emosi atau kemarahan juga masih tampak bagi pasangan yang telah mengakhiri pernikahan mereka, khususnya saat salah satu merasa kecewa.
Xia dan mantan suaminya sempat melakukan kebiasaan lamanya, saling berpelukan saat sama-sama merasakan kesedihan. Keduanya merasa menyesal, namun tidak mudah untuk merajut lagi jalinan cinta kasih yang terkoyak. "Secara bertahap waktulah yang menyembuhkan luka," ujarnya.
Namun Pang yang mengaku punya pilihan sama dengan mantan suaminya bisa merasa nyaman hidup bersama dan saling membantu setelah perceraian.
"Belum tentu ada kesamaan cara pandang dengan teman sekamar yang baru nanti," tuturnya. (Antara)