"Berbagi tempat tinggal setidaknya menjadi jalan keluar bagi kami," tuturnya.
Su dan mantan istrinya memiliki apartemen dengan satu kamar tidur. Setelah berpisah, Su tinggal di ruang tamu, sedangkan kamar tidur untuk mantan istrinya.
Masalah keuangan juga membebani Xia Sheng, sekretaris berusia 28 tahun, dan mantan suaminya. Pasangan suami-istri itu berpisah beberapa bulan lalu.
Xia dan mantan suaminya menandatangani kontrak apartemen dengan satu kamar tidur setelah merajut ikatan pernikahan lima tahun yang lalu. Sulit baginya untuk tinggal satu apartemen, apalagi tipe studio yang satu kamar itu. Sehingga ketika memutus kontrak, dia harus membayar penalti senilai puluhan ribu yuan kepada pemilik apartemen.
"Memang tidak semuanya buruk untuk tinggal satu atap sampai masa kontrak habis," ujar Xia yang tidak menyesali sedikit pun keputusannya mengakhiri kontrak apartemennya itu meskipun harus menanggung kerugian finansial yang cukup besar agar bisa menjauh dari mantan suaminya.
Pengasuhan anak Pang menyampaikan alasan lain mengenai pilihan tinggal satu atap bersama mantan suaminya itu agar bisa sama-sama merawat putri kesayangan mereka yang masih berusia lima tahun.
Keduanya percaya bahwa perceraian tersebut tidak berdampak negatif terhadap putrinya. "Terlalu dini baginya untuk mengetahui kedua orang tuanya berpisah. Dia masih bisa melihat kedua orang tuanya di rumah," tuturnya.
Hidup satu atap juga membuat pengasuhan terhadap putri tunggalnya itu berjalan mulus. "Kami berdua bisa sama-sama mempersiapkan keperluan sekolah, mengantarkan, dan menjemputnya dari sekolahan," katanya menambahkan.
Pang menganggap mantan suaminya menjadi teman baik layaknya pasangan suami-istri dalam hal memberikan kasih sayang terhadap putrinya.
"Bagi putri kecil kami, memiliki ayah biologis akan merasa aman selama masa pertumbuhannya. Pada saat yang sama, ayahnya dan saya tidak perlu mengalami penderitaan atas perkawinan kami. Saya tidak yakin apakah kami menginginkan perubahan agar bisa mengatasi beban hidup saat ini," ujarnya.