Suara.com - Dela Dewi, seorang fashion stylist yang tinggal di Los Angeles, Amerika Serikat, kini sedang sibuk melakukan pemotretan di Los Angeles dan mempersiapkan pemotretan fashion di beberapa negara Eropa pada bulan depan untuk kebutuhan fashion blog miliknya bernama FashionFrequency.com.
Berbicara soal corak busana yang sedang tren di AS, Dela mengungkapkan motif tribals, bohemian dan jumputan (orang Indonesia menyebutnya Batik) masih cukup digemari di Amerika. Namun, tentu desain dan gayanya sudah beradaptasi dengan selera orang Amerika.
“Contohnya ada local brand terkenal di Amerika seperti Antroplogie, Urban Fitters, Free People, mereka senang memakai motif batik,” ujarnya dalam sebuah kesempatan berbincang melalui aplikasi pesan WhatsApp.
Baca Juga: Menteri Susi Pudjiastuti Tenggelamkan 81 Kapal Maling Ikan
Dia menambahkan, “Tidak hanya terbatas dengan lingkupan fashion saja, mereka juga terkadang memasukan design batik ke dalam home decor produk mereka.”
Menurutnya, batik cukup terkenal di Amerika. Mungkin karena orang Amerika mengetahui juga jika orang Afrika memakai batik dengan sebutan batik Afrika.
Dia sangat menyayangkan karena sebenarnya batik berasal dari Indonesia. Orang Amerika lebih mengenal dengan sebutan batik dari Afrika ketimbang batik dari Indonesia.
“Ada juga American fashion designer terkenal, Michael Kors memasukan motif batik untuk rancangan cover baju berenang dan Diane von Furstenberg juga pernah mengeluarkan baju model kaftan silk dan chiffon dengan modifikasi print batik,” katanya.
Dia menyebut beberapa artis Hollywood yang keranjingan mengenakan busana motif batik. “Setahu saya beberapa artis Hollywood yang menyukai batik diantaranya Heidi Klum, Jessica Alba, Reese Witherspoon hingga Gwen Stefani.”
Baca Juga: Bawa Laptop dan Ponsel ke Pesawat, Begini Prosedurnya Sekarang
Dela mengungkapkan, Indonesia Indonesia sangat kaya akan desain batik dan tribal karena negara kita mempunyai kultur budaya beragam yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Dia sering melihat fashion designer Indonesia, Biyan, mempromosikan baju karyanya di shopping online dari Milan dengan harga ribuan dollar Amerika Serikat.
“Saya melihat begitu banyak fashion designer Indonesia muda muda yang sungguh berbakat dengan karya rancangan busana mereka, sangat disayangkan jika mereka tidak mencoba merambah pasarnya ke benua lainnya,” katanya.
Jika memungkinkan, Dela bersedia membantu memberikan informasi yang diperlukan mengenai penjualan dan segala sesuatunya mengenai fashion di Amerika khususnya di Los Angeles.
Selama berkarier di LA, Dela tak melulu fokus untuk urusan duniawi, dia pun menjadi salah satu filantropi dengan mengumpulkan dana hasil penjualan baju bekas.
“Uangnya diberikan kepada warga yang tak memiliki rumah di kawasan LA. Sebagian juga diserahkan ke yayasan yatim piatu di Indonesia,” ujar Dela yang telah tinggal bersama suami bulenya di LA.