Perhelatan Kampung Budaya Polowijen yang digelar pada Minggu (2/4/2017), di Polowijen, Malang, Jawa Timur, rencananya akan dimeriahkan oleh tarian kolosal topeng Grebeg Jowo.
"100 penari dari Sekolah Budaya Tunggulwulung (SBTW) latihan rutin tari topeng Grebeg Jowo sebelum pentas hari ini. Dan, mereka tampil memukau," kata kepala sekolah SBTW, Joni Buana di Malang, Minggu (2/4/2017).
Joni mengungkapkan, 100 penari topeng merupakan asuhan budayawan kondang yang juga mantan Ketua Dewan Kesenian Kota Malang, Yongki Irawan. Mereka mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Malang Raya, dari luar Jawa, dan mahasiswa asing. "Besar harapan kami, bisa menularkan seni tari tradisi dan kebudayaan di daerahnya masing masing," harap Joni.
Baca Juga: DPRD Berharap Kampung Polowijen Bisa Gerakkan Ekonomi Kreatif
Juru bicara Kampung Budaya Polowijen, Isa Wahyudi menjelaskan, penyelenggaraan tarian dilakukan di dua titik, yaitu saat car free day (CFD) di jalan Ijen, Kota Malang dan di Kampung Budaya Polowijen.
Isa yang biasa disapa Ki Demang, mengatakan, para penari tadi pagi berangkat dari SBTW, lalu melakukan konvoi menuju lokasi CFD dan menari di sepanjang Jalan Ijen dengan diiringi musik pekuai gamelan kontemporer dari Sanggar Pidisia Malang.
"Kemudian, para penari konvoi menuju Kampung Budaya Polowijen untuk turut memeriahkan Peresmian Kampung Budaya Polowijen dan Perayaan HUT Kota Malang ke-103," kata Isa.
Ki Demang mengatakan, 100 penari menari secara kolosal saat Kampung Budaya Polowijen diresmikan oleh Walikota Malang, Abah Anton.
Menurut Ki Demang, awalnya 100 penari itu akan melaksanakan acara sesekaran di makam Mpu Topeng Malang, Ki Tjondro Suwono atau biasa dipanggil Mbah Reni.
"Sesekaran ini dilaksanakan sebagai wujud penghargaan tak ternilai dan doa keselamatan akhirat untuk Mbah Reni yang dulunya berasal dari Polowijen," ujar Ki Demang.