Suara.com - Degan Septoadji Supriyadi atau biasa dikenal dengan sebutan Chef Degan, mulai dikenal namanya semenjak menjadi juri di acara kompetisi masak-memasak di TV Nasional.
Lahir di Jakarta, 1 September 1967, Degan kecil mulai terbiasa dengan urusan dapur, ketika Ia dan kedua orangtuanya merantau jauh ke Jerman. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas 2 sekolah dasar dan kedua orangtuanya sibuk bekerja.
"Saat itu, Saya masih duduk di bangku kelas 2 SD. Menu pertama yang bisa saya buat itu telur ceplok, karena mudah kan," jelas Degan kepada Suara.com, dalam sebuah acara beberapa waktu lalu.
Kemandirian Degan dalam mengolah makanan membuatnya memiliki cita-cita lain dari lelaki kebanyakan. Menjadi koki dan bekerja di sebuah restoran, membuat Degan perlahan menjajaki jalan kuliner.
Baca Juga: Pemerintah Cina Cabut Larangan Peredaran iPhone 6
Pemilik Café Degan di Seminyak, Bali, ini awalnya mengganggap ringan profesi sebagai juru masak, namun rupanya Ia keliru.
"Saya awalnya kira mudah kerja di dapur, tapi ternyata gila, luar biasa itu," tuturnya setengah terkekeh.
Jam kerja yang begitu panjang, perlunya ketelitian serta kerumitan dalam mengolah dan menyajikan selera setiap orang, membuat Degan belajar banyak mengenai urusan dapur. Hal tersebut nyatanya tak menyurutkan niatnya mengambil pendidikan kuliner di Jerman.
"Ada rasa senang, bangga, ketika bisa memberikan yang terbaik," ucapnya.
Baca Juga: Ridho Ditangkap, Rhoma Irama: Soneta Siap Jadi Agen BNN!
Di Jerman, Degan muda sempat bekerja di Hotel zur Pfalz selama tiga tahun sejak 1984 hingga 1987. Di sana, Degan telah menguasai masakan Eropa dan tradisional Jerman. Hingga akhirnya ia mendapatkan kesempatan pulang ke Tanah Air pada awal 1988 dan bekerja di Hotel The Jakarta Hilton International atau sekarang telah berganti nama sebagai Hotel Sultan.
"Saya kemudian belajar dari awal lagi masakan Indonesia. Karena orang tahunya saya dari Indonesia," jelas suami dari Nike Kurnia tersebut.
Setelah bekerja di Hotel Hilton, Degan kembali berpetualang ke beberapa hotel di Bali, Bahama dan Bangkok. Perlahan, Degan mulai menjadi spesialis masakan Asia termasuk Indonesia.
"Ketika tamu melihat wajah saya, mereka kaget kalau saya buat makanan Perancis, Jerman, makanan Barat karena muka saya Asia. Mereka kadang minta saya supaya buat makanan Asia," kenang Degan.
Berlatih dan terus berlatih membuat makanan Asia khususnya Thailand dan Indonesia, Degan kini mulai dipercaya memperkenalkan citarasa kuliner Nusantara di mata dunia. Beberapa kali Ia mengikuti agenda promosi makanan Indonesia seperti di Jerman, Thailand, Inggris maupun Perancis.
Degan mengaku, makanan Indonesia lebih rumit dibanding makanan barat. Hal itu karena banyaknya bahan baku serta 'lapisan rasa' yang begitu beragam.
"Makanan kita (Indonesia) memang masih tertinggal dari Thaifood, tapi jika arah promosi dan jalurnya benar, saya yakin kita bisa mengejar ketertinggalan," katanya.
Rencananya, pada Mei mendatang, lelaki yang fasih berbahasa Inggris dan Jerman tersebut akan melakukan promosi kuliner ke Paris serta London dan Jerman.