Peradaban Besar Tanah Jawa Ada Di Kampung Polowijen Malang

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 16 Maret 2017 | 12:51 WIB
Peradaban Besar Tanah Jawa Ada Di Kampung Polowijen Malang
Sarasehan Kampung Budaya Polowijen di Polowijen, Malang, Jawa TimurRabu (28/12/2016). [Dok Panitia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Dalam Kitab Pararaton disebutkan, Kampung Polowijen yang berada di Kota Malang, dulu bernama ‘Panawidyan’ atau ‘Panawijen’. Kampung Panawijen, diketahui memang mempunyai potensi besar dan kekayaan sejarah panjang dan menjadi daerah yang menginspirasi bagi tumbuhnya peradaban besar di tanah Jawa.

Juru bicara Kampung Budaya Polowijen, Isa Wahyudi mengungkapkan, Polowijen terkenal dengan tanah kelahiran Ken Dedes. Dalam sejarahnya, Ken Dedes dikenal sebagai 'ibu' yang melahirkan keturunan raja-raja besar di tanah Jawa.

“Adanya petilasan Sumur Windu memperkuat keberadaan Ken Dedes yang dilahirkan di sini,” kata Isa pada sarasehan bertajuk ‘Upaya Mencari Hari Jadi Polowijen’ di Polowijen, Malang, Jawa Timur, Selasa (14/3/2017) malam.

Baca Juga: Kampung Budaya Polowijen, Penggerak Ekonomi Kreatif di Malang

Selain itu, lanjut Isa, keberadaan batu bata merah yang tersusun dalam struktur bangunan yang masih tertimbun tanah ditengarai sebagai Mandala Empu Purwa, seorang brahmana ayah dari Ken Dedes.

Isa yang biasa disapa Ki Demang, menambahkan, keberadaan petilasan Joko Lulo dipercaya sebagai tempat “moksa” ketika pemuda dari Dinoyo yang bernama Joko Lulo tidak berhasil mempersunting Ken Dedes, karena diculik seorang Akuwu dari Tumapel bernama Tunggul Ametung melalui terowongan yang ditemukan di rumah warga Polowijen.

“Ketiga situs itu juga telah ditetapkan oleh Direktorat Cagar Budaya sebagai situs Budaya di Polowijen, Kota Malang,” ujar dia.

Budayawan Malang, Yongki Irawan mengatakan, keberadaan makam Mbah Tjondro Suwono (Mbah Reni) atau berjuluk Ki Sungging Adi Linuwih yang dikenal sebagai penemu dan penyungging Topeng Malangan pertama kali, dan Mbok Gundari adalah anak sekaligus penari Topeng Malangan, merupakan bukti yang makin menguatkan bahwa Kampung Polowijen layak disebut kampung sejarah yang memiliki peradaban besar di Jawa Timur.

Semasa hidup, mereka orang Panawijen yang mengembangkan topengan Malangan sampai ke beberapa daerah, antara lain, Jabung Tumpang, Glagahdowo, Pakisaji, dan daerah lain di Kabupaten Malang.

“Kekayaan budaya itulah yang menjadi icon budaya Malang yang telah ditetapkan sebagai situs budaya Polowijen oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang,” kata Yongki.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI