Sebelum Ada Kondom, Kotoran Buaya Pernah Jadi Alat Kontrasepsi

Kamis, 09 Maret 2017 | 21:57 WIB
Sebelum Ada Kondom, Kotoran Buaya Pernah Jadi Alat Kontrasepsi
Ilustrasi buaya. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak anggapan bahwa penggunaan kondom tak 100 persen aman dalam mencegah kehamilan. Tapi tentu saja kita harus berterima kasih pada penemu kondom yang telah menciptakan alat pencegah kehamilan, sekaligus pelindung infeksi menular seksual yang nyaman dari segi bentuk maupun ukuran.

Pasalnya, sebelum kondom tercipta, masyarakat di masa lampau menggunakan benda-benda di sekitarnya untuk mencegah kehamilan. Berikut adalah beberapa contoh benda-benda yang digunakan untuk mencegah kehamilan seperti dilansir Boldsky.

1. Kulit lemon

Ya, tentu Anda tak bisa membayangkan bagaimana lemon menjadi alat kontrasepsi alami masyarakat masa lampau. Kulit lemon digunakan sebagai penghalang masuknya sperma di leher rahim. Tapi pasangan harus siap merasakan perih luar biasa karena sifat asam pada lemon yang korosif.

Baca Juga: Gara-gara Stop Suntik Hormon Testoteron, Evelyn Lukai Aming?

2. Minuman bersoda

Pada era 50-60an, perempuan yang telah berhubungan seks harus menenggak sebotol minuman bersoda. Mereka meyakini bahwa asam karbonat pada minuman bersoda bisa membunuh sperma sehingga kehamilan bisa dicegah.

3. Kotoran buaya

Ya, kotoran buaya pernah menjadi KB alami bagi masyarakat masa lampau. Cara penggunaannya, kotoran buaya dimasukkan ke dalam vagina untuk memblokir sperma sebelum bercinta.

4. Usus babi

Baca Juga: Pengakuan Selma, Tinggalkan Kekasih, Pilih Nikahi Anak Amien Rais

Terdengar menjijikkan memang tapi faktanya cara ini memang dipakai sebagai kondom pada masyarakat lampau. Usus babi pertama-tama direndam dalam susu kemudian dimasukkan dalam penis.

5. Air limbah

Cara paling aneh mencegah kehamilan adalah meminum air limbah pandai besi yang mengandung timah. Bukannya mencegah kehamilan, hal ini justru membuat perempuan lebih rentan terhadap masalah neurologis, bahkan kematian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI