Malam Minggu di Kalijodo, Siapa Tahu Dapat Jodoh?

Sabtu, 18 Februari 2017 | 20:21 WIB
Malam Minggu di Kalijodo, Siapa Tahu Dapat Jodoh?
Malam minggu di Kalijodo. [suara.com/ Firsta Nodia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hingar bingar musik dangdut koplo terdengar ketika saya melangkahkan kaki di sebuah bangunan baru yang diberi nama RTH/ RPTRA Kalijodo.

Asal suara itu bukan dari tempat karaoke yang dulu menjamur di kawasan ini. Melainkan lantunan musik yang mengiringi ibu-ibu yang tinggal di sekitaran Kalijodo untuk melakukan senam aerobik.

Anak-anak juga tampak menikmati kegiatannya bermain sepeda, sepatu roda, sambil menunggu ibu mereka selesai senam. Di sudut lain, bapak-bapak tampak asyik mengawasi putra-putri mereka sambil menikmati alunan dangdut koplo yang membuat tubuh ingin berjoget.

Sedangkan para muda-mudi asyik bercengkrama di bangku-bangku berbahan semen yang tersebar di sekitar kawasan ini. Ya, semua tampak asyik menikmati malam minggu mereka yang murah meriah. Kalijodo, telah berubah wajah.

Samalun, warga kecamatan Penjaringan yang tinggal tak jauh dari RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) Kalijodo ini tak bisa menutupi kebahagiaannya memiliki tempat untuk berkumpul bersama tetangga dan keluarganya disini.

Dulu, ketika kawasan ini masih menjadi tempat prostitusi, Samalun biasanya menghabiskan malam minggu di rumah. Kalaupun ingin berlibur, Ancol atau Kota Tua menjadi pilihannya.

"Tapi ya gitu jauh. Kalau ke Ancol harus bayar. Bawa anggota keluarga 6 orang, sudah habis berapa," ujar Samalun kepada Suara.com.

Oleh sebab itu, perubahan Kalijodo saat ini memang menyenangkan bagi Samalun dan keluarganya. Ia dan keluarga bebas berkumpul tanpa dipungut biaya apapun. Senyum terus mengembang di wajah Samalun saat menceritakan perubahan drastis Kalijodo ini.

Sambil mengamati apa saja yang ada di kawasan ini, saya melihat ibu-ibu begitu semangat mengikuti gerakan trainer di atas panggung. Peluh keringat sesekali mengucur dari wajah mereka. Jika dihitung, mungkin jumlah mereka bisa mencapai 100 orang.

Ketika haus, beberapa vending machine minuman ringan tersebar di RPTRA ini. Harganya pun cukup terjangkau, hanya Rp 5 ribu rupiah saja yang terdiri dari air mineral, teh, hingga minuman bersoda yang begitu menyegarkan.

Di sudut belakang ada toilet lelaki dan perempuan yang dipisah. Bagi Anda yang muslim, tak perlu takut meninggalkan solat ketika berada di kawasan ini, karena disediakan musola lengkap dengan mukena atau sarung.

Kawasan yang dulunya terkenal dengan 'image' negatif ini memang seakan disulap sebagai tempat rekreasi baru bagi warga Jakarta. Pengunjung bisa menikmati semua fasilitas yang ada di kawasan yang berada di sepanjang bantaran timur Banjir Kanal ini tanpa dipungut biaya alias gratis.

RPTRA sekaligus RTH ini juga sangat 'instagramable'. Ada bagian dinding yang dipenuhi dengan hiasan mural dan grafiti. Cocok untuk dijadikan latar berfoto.

Semakin malam, muda-mudi yang datang semakin banyak. Umumnya mereka datang bergerombol atau berpasang-pasangan. Tentunya, untuk menghabiskan malam minggu yang jauh dari kata prostitusi. Tak jauh dari RPTRA, ada arena skate park dan BMX berstandar internasional. Para muda-mudi ini pun ada yang menjajal kemampuannya atau sekedar menonton mereka yang sedang beraksi.

Anak-anak dengan sepeda kecil mereka pun asyik berlenggang di jalur BMX yang bergelombang. Ada pula yang mengejar sambil berlari. Semua terlihat menikmati malam minggu ini. Anda tak perlu khawatir perut keroncongan, karena di area parkir banyak pedagang yang menjual makanan berat hingga camilan seperti tahu bulat.

Erika, salah satu pengunjung muda-mudi yang datang bersama teman-temannya mengakui keindahan kawasan Kalijodo setelah 'dipermak'. Bahkan Ia rela jauh-jauh dari Jakarta Timur hanya untuk melihat perubahan kawasan Kalijodo ini.

"Sebelumnya lihat di TV, Kalijodo jadi bagus banget. Dan ternyata emang bener. Bersih banget dan banyak tempat buat duduk-duduk yang gratis," ujar Erika.

Siapa Tahu Mendapat Jodoh?
Sesuai namanya, Kalijodo, yang memiliki dua kata yakni 'Kali' atau sungai dan 'Jodo' atau jodoh mulanya dikenal sebagai ajang mencari jodoh muda-mudi Jakarta saat tradisi Imlek, Peh Cun.

Namun saat itu, sekitar abad 19, kawasan tersebut masih bernama Kali Angke. Sungainya yang jernih dan jauh dari pemukiman penduduk, membuatnya dipilih sebagai pusat perayaan Peh Cun masyarakat Tionghoa di Jakarta.

Sejarawan Ridwan Saidi menggambarkan tradisi Peh Cun sebagai pesta air yang diikuti muda-mudi kala itu. Golongan perempuan akan menaiki perahu yang berbeda dengan kelompok lelaki. Perahu mereka akan saling berkejar-kejaran melintasi sepanjang Kali Angke atau yang kini dikenal sebagai Kalijodo.

Jika ada salah satu perempuan yang ditaksir, maka lelaki di perahu lain akan melempar sebuah kue bernama tiong cu pia yang terbuat dari tepung terigi dan berisi kacang hijau.

"Jika perempuan tersebut membalas lemparan kue ke lelaki itu tandanya mereka saling menyukai dan artinya berhasil mendapatkan jodoh, maka kawasan ini sampai sekarang dikenal sebagai Kalijodo," ujar Ridwan Saidi kepada Suara.com, beberapa waktu lalu.

Sayangnya, tanpa alasan yang jelas, pada 1958, Walikota Jakarta, Sudiro menghentikan tradisi Peh Cun dan Imlek. Sontak sejak saat itu berakhirlah ajang mencari jodoh di Kali Angke.

"Dihentikannya tidak jelas alasannya, cuman dikatakan bahwa perayaan Imlek tidak boleh lagi dirayakan di ruang publik sehingga hanya dirayakan di rumah-rumah saja," celetuknya.

Bagaimana tertarik mendapat jodoh di Kalijodo? Untuk menuju kawasan ini Anda bisa menggunakan moda transportasi umum Transjakarta dan turun di Halte Jembatan Besi, lalu jalan kurang lebih 15 menit. Sedangkan bagi Anda yang membawa kendaraan pribadi bisa melalui Tol Angke menuju RPTRA Kalijodo ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI