Menyesap Aroma Teh di Restoran Bekas Apotek Legendaris

Jum'at, 17 Februari 2017 | 10:31 WIB
Menyesap Aroma Teh di Restoran Bekas Apotek Legendaris
Pantjoran Tea House. [Suara.com/Firsta Nodia]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saat melintasi kawasan Glodok, Jakarta Barat, ada sebuah bangunan lama berlantai dua yang mencolok di persimpangan jalan. Papan nama didepannya menunjukkan bahwa bangunan tua tersebut kini bertranformasi sebagai sebuah restoran yang diberi nama Pantjoran Tea House.

Rasa penasaran yang tinggi membawa saya menuju restoran tersebut. Tepat di pintu masuk, ada beberapa teko dan gelas yang ditata diatas meja lengkap dengan secarik kertas bertuliskan 'Free Tea'. Ya, Anda yang secara kebetulan melintasi gerai ini bisa menikmati teh gratis yang disediakan Pantjoran Tea House.

Pantjoran Tea House. [Suara.com/Firsta Nodia]

Tak jauh dari meja teh gratis tersebut ada sebuah banner yang menceritakan sejarah pemberian teh gratis di gedung tersebut. Sebelum digunakan sebagai gerai makan, dahulunya gedung tersebut adalah apotek bernama Chung Hwa.

Baca Juga: Awas! Perbaiki iPhone Sendiri Bakal Dituntut Apple

Bangunan ini berdiri pada 1928 yang menjadi ikon pintu masuk wilayah Pecinan Glodok. Jauh sebelum apotek berdiri, kawasan ini dulunya terkenal dengan sebutan Patekoan yang memiliki arti 'delapan teko'. Konon, ada seorang Kapten Tiongkok bernama Gan Djie yang memimpin kawasan ini.

Saat Ia memerintah, Djie dan istri sering menyajikan teh bagi orang yang lalu lalang di kantornya. Setiap hari ia selalu menaruh 8 teko teh di depan kantornya. Hal inilah yang masih diterapkan oleh Kedai Pantjoran Tea House untuk merawat sejarah.

Meski telah dipugar, restoran ini masih menyisakan gaya apotek yang memiliki ciri rak-rak kecil untuk menyimpan obat. Anda bisa menjumpainya di bagian kasir.

Pantjoran Tea House. [Suara.com/Firsta Nodia]

Sentuhan interior bernuansa oriental begitu lekat dengan kedai ini. Meja, kursi, pintu dan penyekat ruang didominasi oleh kayu. Untuk membuat bangunan ini lebih modern, bohlam gantung dipilih sebagai penambah pencahayaan.

Baca Juga: Ada 7 Bentuk Payudara, Tepatkah Bra yang Anda Pakai?

Meski berada di persimpangan jalan yang sibuk, berada di dalam ruangan ini terasa damai. Bunyi klakson atau raungan mesin kendaraan hampir tak terdengar.

Seperti namanya, menu teh menjadi primadona di gerai ini. Ada 12 jenis teh dari China, Jepang, Inggris bahkan Indonesia yang bisa Anda nikmati dalam keadaan panas atau dingin. Namun jangan kira makanan berat tak akan Anda jumpai disini karena menu makanan utama yang ditawarkan Pantjoran Tea House cukup bervariasi.

Menurut Septian, Captain dari Pantjoran Tea House, teh Genmaicha asal Jepang, dan teh Jasmine asal China paling menjadi favorit pengunjung. Berbagai jenis teh yang mereka tawarkan pun memiliki khasiat bagi kesehatan. Hal ini terlihat dari informasi sejarah teh dan manfaat kesehatan yang menghiasi beberpa dinding gerai ini.

Begitu Genmaicha terhidang, maka aroma pertama yang tercium adalah beras panggang. Ya, sepintas aroma ini akan sangat mengganggu bagi Anda yang baru pertama kali mencoba.

Pantjoran Tea House. [Suara.com/Firsta Nodia]

Namun ketika diteguk dan masuk ke kerongkongan, citarasa teh ini sungguh menyegarkan. Segelas teh Genmaicha dingin dibanderol Rp25 ribu.

Jika Anda lebih menyukai teh panas, ada baiknya menjajal jenis teh yang disajikan dalam bentuk teko kecil yang cukup untuk 2 orang. Menariknya lagi, teh panas yang disajikan dalam teko ini bisa diisi ulang kembali. Menu teh panas dalam teko dibanderol Rp30 ribu.

Jika merasa lapar usai meneguk teh, Anda bisa mengisi perut dengan sajian masakan peranakan yang cukup bervasiasi mulai dari olahan ayam, daging, seafood, dan berbagai macam sayuran. Ada pula menu camilan ringan seperti lumpia, tahu goreng, siomay hingga dimsum.

Pantjoran Tea House. [Suara.com/Firsta Nodia]

Kala itu saya mencicipi menu Ayam Saus Mandarin (Rp50 ribu), Buncis Sapi Cincang (Rp40 ribu), Tahu Lada Garam (Rp25 ribu). Porsi ala carte cukup banyak dengan rasa yang begitu nikmat. Ada pula beberapa menu non halal yang disajikan Pantjoran Tea House.

Pantjoran Tea House. [Suara.com/Firsta Nodia]

Sebagai oleh-oleh, Anda juga bisa membeli teh kemasan premium yang dijual di Pantjoran Tea House. Gerai ini juga dapat menampung pengunjung hingga 80 orang. Tertarik untuk menyesap seduhan teh di Pantjoran Tea House?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI