Perayaan Tahun Baru Imlek 2568 yang dilaksanakan di Wihara Buddhayana, Kampung Cina, Kota Bengkulu berlangsung khidmat.
Biksu Wihara Buddhayana Suhu Nyana Sukha, di Bengkulu, Sabtu, menyatakan perayaan terasa khidmat sejak Jumat (27/1/2017) dimulai dengan ibadah penyalaan pelita.
"Kita harus menerangi hati dan pikiran kita agar jalan yang diambil ke depannya merupakan jalan yang benar, ini salah satu makna penyalaan pelita," kata dia.
Sejak Jumat pagi sampai pukul 22.00 WIB, umat Buddha di Bengkulu datang silih berganti ke wihara bersembahyang dan memanjatkan doa-doa serta harapan untuk tahun berikutnya.
Baca Juga: Ini Harapan Warga Gorontalo Saat Tahun Baru Imlek 2568
Pada pukul 22.00 WIB sampai malam pergantian Tahun Baru Imlek, jemaah kembali melaksanakan sembahyang terang bulan dan pada pagi Sabtu (28/1/2017), dilanjutkan dengan ibadah parita.
Imlek 2568 ini sesuai tradisi dan budaya Tionghoa menyebutkan sedang berada di tahun ayam api, elemen api melambangkan panas, salah satunya yakni terlihat dari emosi "Kalau dalam budaya dan tradisi silakan percaya atau tidak tentang penjabaran ke dalam berbagai bentuk kehidupan. Tetapi kalau dalam agama tidak mengomentari hal seperti 'shio'," kata biksu itu pula.
Dia mengatakan, dalam agama hanya mengajarkan kebaikan, kebajikan dan kebijaksanaan, dan seluruh agama mengajarkan hal tersebut.
"Jika memang mempercayai shio, dan ayam api yang melambangkan emosi, maka kita mengajak umat serta masyarakat untuk menjaga emosi agar tidak menyebabkan kerusakan baik bagi diri sendiri maupun lingkungan," ujarnya.
Termasuk dalam memperdebatkan apa yang dianut agama lain, setiap agama mempunyai cara beribadah dan istilah masing-masing.
"Hal itu seharusnya menjadi keberagaman, jika memperdebatkannya maka akan mendorong emosi menjadi lebih tinggi dan bisa saja berakhir dengan pertikaian," ujarnya pula.