Ketika Plt Gubernur DKI Jakarta Disuguhi Tarian Golek Menak Putri

Minggu, 15 Januari 2017 | 13:40 WIB
Ketika Plt Gubernur DKI Jakarta Disuguhi Tarian Golek Menak Putri
Tarian Golek Menak di Kraton Kesultanan Yogyakarta di Yogyakarta. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Malam itu sekitar pukul 21.00 rombongan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tampak terpukau dengan Tarian Golek Menak yang disuguhkan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono.

Rombongan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut yakni Pelaksana Tugas Gubernur DKI Sumarsono dan puluhan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Mereka dijamu dengan Tarian Golek Menak di acara makan malam.

Baca Juga: UI Bantu Pelestarian Ritual Tari Sang Hyang Dedari

Menurut pengamatan Suara.com, Sumarsono duduk satu meja dengan Sri Sultan. Selain itu terlihat juga istri Sumarsono serta Sekretaris Daerah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Saefullah.

Sumarsono tampak menikmati suguhan Tarian Golek Menak Putri dan sesekali berbincang dengan Sri Sultan.

Usai menyaksikan Tarian Golek Menak Putri, Sumarsono menyampaikan ucapan terima kasih kepada Sri Sultan.

"Matur sembah nuwun. Terima kasih sudah melayani luar biasa, "kata Sumarsono kepada Sri Sultan.

Diketahui, Tari Golek Menak merupakan salah satu jenis tari klasik gaya Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Tarian itu diciptakan bermula dari ide Sultan usai menyaksikan pertunjukkan Wayang Golek Menak yang dipentaskan oleh seorang dalang yang berasal dari daerah Kedu pada tahun 1941.

Wayang Golek Menak disebut juga Beksa Golek Menak, atau Beksan Menak. Mengandung arti menarikan wayang Golek Menak.

Ketika itu pada tahun 1941, Sultan memanggil para pakar tari yang dipimpin oleh K.R.T. Purbaningrat, dibantu oleh K.R.T. Brongtodiningrat, Pangeran Suryobrongto, K.R.T. Madukusumo, K.R.T. Wiradipraja, K.R.T.Mertodipuro, RW Hendramardawa, RB Kuswaraga dan RW Larassumbaga.

Adapun pagelaran perdana dilakukan pada tahun 1943 untuk memperingati hari ulang tahun Sultan.

Adapun tipe tiga karakter dalam tarian tersebut yakni tipe karakter puteri untuk Dewi Sudarawerti dan Dewi Sirtupelaeli,tipe karakter putra halus untuk Raden Maktal, tipe karakter gagah untuk Prabu Dirgamaruta

Tiga tipe karakter tersebut ditampilkan dalam bentuk dua beksan, yaitu perang antara Dewi Sudarawerti melawan Dewi Sirtupelaeli, serta perang antara Prabu Dirgamaruta melawan Raden Maktal.

Sumarsono menuturkan kedatangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menimba pengalaman dari D. I. Yogyakarta.

"Poin pertama dalam menimba pengalaman yakni Keistimewaan Yogyakarta, Yogyakarta punya undang-undang sendiri, Undang-undang keistimewaan nomor 13 tahun 2012 tentang Keistimewaan Yogyakarta,"ujar Sumarsono di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta, Sabtu (14/1/2017) malam.

Tak hanya soal pemerintah, dirinya juga mendapat pengetahuan soal wacana pengembangan paket wisata antar provinsi

"Pengembangkan paket wisata nusantara Jakarta, Jogja dan Bali, ditahap penjajakan yang mungkin dilakukan. Soal budaya di Idonesia hanya Yogyakarta yang rapi dan patut dijadikan teladan dan menjadi pedoman untuk belajar serta melestarikan budaya, "paparnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI